Minggu, 28 Februari 2010

~Di mana ?~

Tepian sungai Barito di perbatasan Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah senja ini terasa begitu indah. Matahari mulai turun ke peraduannya. Sinarnya kuning kemerah-merahan. Hutan-hutan di sekelilingnya mulai berubah gelap. Anak-anak kecil yang sedari tadi asyik bermain air di tepian sungai itu mulai naik dan pulang ke rumah. Air sungai yang membiaskan warna senja dengan sedikit riak dan riuh itu mulai pasang. Suara klotok bergemuruh membahana di mana-mana. Perlahan langit senja yang indah ini mulai berubah menjadi semburat ungu dengan gradasi warnanya yang indah. Sungguh pemandangan candikala yang begitu indah. Mataharipun kini tepat di peraduannya di ufuk barat. Seketika suara adzan maghrib dari segala penjuru kota Banjarmasin bersaut-sautan dengan merdu hingga mengalahkan suara klotok yang berisik. Lampu-lampu di Jembatan Barito yang dikenal sebagai jembatan terpanjang di Indonesia itu mulai dinyalakan. Kini jembatan itu tampak sangat megah dan mempesona di antara rimbunnya hutan Borneo dan kemilau candikala di sungai Barito. Lampu taman hiburan yang berada di kawasan itu juga mulai dinyalakan. Jembatan yang menghubungkan Kalsel dan Kalteng itu mulai sepi dari lalu lalang kendaraan. Kawasan ini memang mulai sepi jika hari beranjak malam.

Dia beranjak dari tempat itu dengan hati yang belum tenang karena dia kembali gagal menemukan yang dia cari selama ini. Lalu dia mulai meninggalkan kawasan itu, melarikan mobilnya dengan kencang di jalanan halus dan beraspal yang menembus hutan Borneo yang lebat dan rawa-rawa di sekelilingnya.

Setelah melewati sebuah jembatan di pinggir kota Banjarmasin, sepi dan ketenangan itu berganti dengan keramaian yang menjadi cirri khas ibukota provinsi di Indonesia. Dia mengemudikan mobilnya menuju sebuah masjid untuk melaksanakan kewajibannya. Dalam ibadahnya, dia berdoa pada Allah SWT, memohon ketenangan hati dari Yang Maha Pemberi. Usai melaksanakan shalatnya, dia kembali melajukan mobilnya melesat menuju pusat kota Banjarmasin dengan santai. Dia kembali mencari yang dicarinya selama ini dalam keramaian kota. Tapi lagi-lagi, dia gagal mendapatkannya. Dia beralih menuju Pelabuhan Trisakti.

Pelabuhan Trisakti petang ini cukup ramai karena beberapa kapal penumpang dan angkut barang dari berbagai pulau lain sedang singgah di sana. Dia turun dari mobilnya dan berjalan menuju dermaga kecil yang ada di sana. Dia terdiam melihat semua aktivitas pelabuhan malam ini. Dia kembali mencari dan terus mencari. Lalu larut dalam pikirannya yang belum tenang. Air matanya kembali membentuk aliran sungai kecil di wajahnya yang kuning langsat. Angin malam berhembus membelai wajahnya. Tak lama, dia beranjak dari tempat itu dengan membawa semua kegundahannya.

Esok harinya……
Dia kini berada di atas klotok -perahu khas Banjar dengan suaranya yang nyaring- yang melaju menuju Pasar Terapung. Dia sedang menemani tantenya berbelanja di pasar yang unik dan sangat terkenal di Indonesia itu. Dalam hiruk pikuk aktivitas jual beli di pasar itu, dia kembali mencari yang dia inginkan. Tapi untuk kesekian kalinya, dia gagal.

Sepulang dari pasar, dia segera bersiap untuk memulai perjalanannya lagi. Dia kembali melajukan mobilnya menuju luar kota dengan tenang. Pantai Tangkisung. Pantai yang terletak di ujung pulau Kalimantan itu memang tidak tersohor bagi masyarakat luar Kalimantan. Tapi pantai itu cukup kondang di telinga dan hati masyarakat Kalimantan Selatan, khususnya Banjarmasin.

Setelah dua jam perjalanan, akhirnya dia tiba di pantai itu. Dia segera memarkirkan mobilnya dan berjalan menuju tepi pantai. Dia terdiam menatap lautan yang luas. Dia berjalan menyusuri pantai yang tenang. Matahari sudah di atas kepala ketika dia duduk di atas pasir pantai yang hitam sambil menatap lautan lepas. Ingatannya kembali ke masa lalunya. Mengingat alasan dia pindah ke Kalimantan.

Sebulan yang lalu……
“Nggak tahu kenapa, setiap aku lihat seseorang di sekolah, tiba-tiba hatiku penuh dengan kebimbangan atas suatu ketidakpastian yang panjang. Kamu nggak pernah merasakan yang aku rasakan. Di posisi yang seperti ini benar-benar nggak enak. “ ucapnya perlahan. ”aku nggak pernah tahu gimana perasaan orang yang aku sayang sejak ia memutuskan kalau hubungan kami lebih baik hanya bersahabat.” Seorang yang ada di hadapannya hanya terdiam. “sakit banget rasanya. Pernah nggak sih kamu bayangin rasanya gimana?”

Orang yang ada di hadapannya hanya terdiam dan berpikir sejenak. Sebenarnya dia sadar bahwa sedang disindir dan dialah yang dimaksud. Tak lama ia hanya menggelengkan kepalanya.

Dia hanya menelan ludah melihat reaksi orang yang duduk di hadapannya itu. “Orang itu kamu. Aku sayang sama kamu.” Dia mulai menangis. “aku ingin bahagia sama kamu.”
“Ka, aku ingin kamu tau rahasia orang bahagia. Cintailah Allah SWT dan Rasulullah SAW melebihi apapun. Termasuk rasa cintamu pada orang tuamu, keluargamu, sahabatmu bahkan dirimu sendiri. Kita harus ikhlas mencintai-Nya. Agak sulit memang, tapi aku yakin kamu bisa ngelakuinnya. Kalau kamu berhasil aku yakin kamu pasti bangga. Dan percayalah, dengan itu kamu akan mendapatkan kebahagiaan dan cinta sejati.” Jelas orang itu.

“Kalau kamu meyakini itu semua, buat apa kamu dulu harus bilang kalau kamu sayang sama aku? Buat apa kamu dulu harus bilang kalau kamu bakal buat aku bahagia? Buat apa dulu kamu harus janji kalau kamu nggak akan menyakiti aku? Buat apa dulu kamu harus bilang kalau kamu beda? Buat apa kamu janji kalau kamu nggak akan berubah? Buat apa itu semua?” tanyannya dengan berlinang air mata. “sekarang aku tanya sama kamu, mana bukti ucapanmu itu? Kamu nggak pernah buat aku bahagia. Kamu udah nyakitin aku, kamu sama aja kayak yang lain! Dan sekarang kamu udah berubah sama aku. Kamu nggak kayak dulu lagi. Aku kecewa banget sama kamu. Kamu nggak pernah mikirin perasaanku. Kamu tega banget sama aku, Ya. Aku benci sama kamu! Aku janji bakal buang semua perasaanku ke kamu!” ucapnya dengan keras dan tanpa mau mendengar semua penjelasan orang yang ada di depannya itu.

Dia berlari meninggalkan orang yang ia cintai itu. Menangis. Pilu. Kini ia sadar bahwa cintanya tak terbalas. Mungkin ini sudah saatnya dia melupakan dan melepaskan orang yang disayangnya sejak lama itu. Dia inginkan ketenangan hatinya kembali. Dia ingin merangkai kembali hatinya yang telah hancur. Dia sadar inilah saatnya untuk membuang semua perasaannya. Dia harus ikhlas melepaskan sosok yang telah lama mengisi salah satu tempat di hatinya.

Beberapa hari setelah kejadiannya itu, dia tak kunjung dapat menghapus bayang wajah dan tingkah laku orang yang begitu ia cintai. Bahkan bayangnya semakin mewarnai harinya. Sampai akhirnya, orang tuanya memberitahunya bahwa mereka sekeluarga akan pindah ke Banjarmasin karena ayahnya dipindahtugaskan ke sana. Kebetulan Banjarmasin adalah kota kelahiran ayahnya dan seluruh keluarga besarnya tinggal di sana.

Baginya, kepindahan ini bukan hanya kebetulan. Tapi sudah takdirnya untuk melupakan cinta pertamanya. Dengan kepindahan ini, ia akan dapat melupakan semua kenangan di kota ini dan akan mencari kebahagiaan dan ketenangan hati.

Setelah orang tuanya mengurus kepindahannya dari sekolah dan semua barang sudah dipak, mereka sekeluarga berangkat ke Banjarmasin. Saat hari keberangkatannya itu, dia menitipkan sebuah buku untuk orang yang ia sayangi itu kepada sahabat-sahabatnya yang mengantar ke bandara.

“Ka, kamu yakin buat pindah? Sekolah kan tinggal dua semester.” Tanya Ratri padanya. Dia hanya tersenyum simpul. “kamu bisa kost di sini kan?”
“Aku yakin kok, Rat. Dan aku juga nggak bisa jauh dari orang tuaku di saat seperti ini. Aku titip buku ini ya.” Jawabnya yakin.
“Ka, kenapa sih kamu harus pindah? Kalau salah satu alasannya karena dia, selesaiin aja dulu. Kamu jangan kayak gini. Sama aja kamu lari dari masalah. Ini nggak akan menyelesaikan masalah.” Bujuk Agus.
“Maaf, Gus. Inilah keputusan orang tuaku. Lagipula kalau aku masih di sini, hatiku juga akan semakin sakit. Aku pergi untuk menenangkan diriku. Kalau kalian ingin aku bahagia, relain aku pergi.” Ucapnya meyakinkan sahabatnya.
“Kalau ini udah jadi keputusan kamu, kami semua ikhlas kok.” Ucap Tyo. “semoga kamu bisa tenang di Banjar.”
“Makasih ya, aku sayang banget sama kalian. Aku janji aku bakal sering kasih kabar sama kalian. Nomor handphone-ku nggak akan ganti. Jadi kita masih tetap bisa bersahabat kan?” ucapnya.
“Ka, kami sayang sama kamu. Kami ingin yang terbaik untuk kamu.” Ucap Runni.
“Aku juga sayang sama kalian. Aku pengen, kalian selalu berdoa buat aku.” Katanya. “ini saatnya aku pergi. Setengah jam lagi pesawatku take off. Aku pamit ya.”

Ratri, Runni, Agus dan Tyo memeluknya erat. Mereka menangis karena akan segera berpisah dengan sahabat baik meraka. Mereka melepaskan pelukannya. Dia mulai berjalan meninggalkan sahabat-sahabatnya menuju pintu check in.
“Assalamu’alaikum.” Salamnya sambil melambaikan tangannya untuk terakhir kalinya.
“Wa’alaikumsalam.” Jawab mereka sambil membalas lambaian tangan sahabat mereka itu.

Beberapa hari setelah perpisahan itu, keempat sahabat itu menemui orang yang sangat disayangnya. Orang itu juga sahabat mereka. Mereka menyerahkan buku itu. Orang itu membuka dan membacanya buku perpisahan itu di halaman pertamanya.

Untukmu,
Aku hanya ingin kamu tahu bahwa kamu akan selalu ada di hatiku sampai kapanpun. Aku hanya ingin kamu tahu bahwa aku selalu menyayangi kamu. Terima kasih karena kamu sudah menjadi sahabat terbaik yang pernah ku miliki. Terima kasih karena kamu selalu mewarnai hariku dengan warna-warni yang indah. Terima kasih karena kamu selalu ada untukku selama ini. Dan maafkan aku atas segala kesalahanku padamu. Dan maafkan aku atas perbuatanku yang menyakitimu. Dan maafkan aku karena aku telah merusak semua hubungan baik kita. Isilah buku ini dengan segala kisahmu. Dan jika kamu memperbolehkan, suatu saat nanti, aku ingin kita membacanya bersama-sama. Aku akan selalu sayang kamu.
Aku yang selalu mencintaimu..

Air matanya berurai setelah membaca buku itu. Orang itu sadar bahwa kini ia telah kehilangan seseorang yang selama ini mengisi hatinya setelah Allah SWT, Rasulullah SAW, orang tuanya, keluarganya, dan dirinya sendiri.
“Sekarang dia di mana?”tanyanya.
“Kamu terlambat, Ya. Tiga hari yang lalu, dia berangkat ke Banjarmasin. Dia akan tinggal di sana. Mungkin untuk selamanya. Orang tuanya juga ikut.” Jelas Runni.
Dari wajahnya, orang itu terlihat sangat shock dengan kabar yang baru saja diterimanya. Air matanya kembali berurai dan membentuk sungai kecil di wajahnya. “Ya Allah…”
“Kamu sayang dia, Ya?” Tanya Agus. Orang itu menganggukan kepala.
“Aku sayang banget sama dia.” Jawabnya. “dialah satu-satunya orang yang berhasil mengganjal hatiku dan menembus dinding tebal hatiku yang nggak sembarangan orang bisa menembusnya. Dia orang yang sangat istimewa untukku.”
“Susul dia, Ya. Minggu depan kan udah liburan.” Cetus Ratri. Dia mengangguk mantap dan diiringi dengan senyum penuh keyakinannya. Semua tersenyum. Ada secercah cahaya untuk penyelesaian masalah ini.
“Semoga kalian bisa bersatu lagi seperti dulu.” Doa Tyo. Semua mengamini.

Kembali ke Pantai Tangkisung……
Dia berdiri di atas pasir pantai hitam yang masih basah. Dia kembali menyusuri pantai. Sambil melepas sandalnya, dia kembali menatap lautan yang luas. Kini dia dapat merasakan halusnya pasir pantai di setiap permukaan kulit telapak kakinya. Ombak-ombak berlarian dan berkejar-kejaran di pantai. Ombak-ombak seakan berlomba-lomba mencapai pantai. Sebuah bintang laut tergeletak di atas pasir pantai. Warnanya kuning gading.

Dia terhenti ketika melihatnya bintang laut itu. Sendirian. Tak ada teman yang menemani bintang laut kecil itu. Sama seperti dirinya kini. Sendiri. Tanpa ada orang yang disayanginya di sini. Dia memungut bintang laut kecil itu dan melemparkannya ke laut kembali agar bertemu dengan teman-temannya lagi.

Angin semilir terus membelai wajahnya. Angin-angin itu seakan mengerti isi hatinya. Mengerti bahwa ia sedang gundah. Tak terasa, di wajahnya kembali terbentuk aliran sungai kecil dengan mata air di mata indahnya. Sinar matahari kembali menyengat wajahnya. Wajahnya yang putih merona merah karena panas. Daun-daun pohon kelapa di sisi kanan pantai saling bergesekan riang seakan mngejek dirinya. Mengejek karena orang yang sedang mengamati mereka tidak dapat seriang mereka. Pohon-pohon kelapa itu terlihat sangat kokoh dan kuat walaupun diterpa angin yang kuat. Mereka seakan kembali mengejeknya. Mengejek karena dia tak sekuat dan setegar gugusan pohon kelapa yang diamatinya.

Dia melangkahkan kakinya menaiki sebuah batu karang yang besar di pantai. Dia menghapus air matanya. Dia memandangi lautan yang sangat luas di depannya. Airnya tenang. Tapi hatinya tak setenang air laut.

“Tuhan! Kenapa Engkau biarkan aku merasakan sakit ini? Kenapa Engkau ambil dia dari sisiku secepat ini? Kenapa dia tega menyakitiku? Aku sangat menyayanginya setelah aku mencintai-Mu, nabi-Mu, orang tuaku, keluargaku, dan bahkan diriku sendiri. Apakah tak ada sedikit tempat untukku di hatinya?” adunya pada Tuhan dengan suara yang agak lantang. Ada sedikit kelegaan di hatinya karena dia merasa beban pikirannya telah keluar bersama aduannya pada Tuhan. Dia mulai menemukan sedikit apa yang dicarinya.
“ADA!! Ada sedikit tempat di hatiku untuk kamu.” Balas seseorang. “kamu mau tempat itu?” Tanya seseorang yang ada di belakangnya itu. Dia menoleh ke arah orang itu. Dia merasa seperti ada petir yang menyambarnya. Orang itu adalah Surya, sosok yang selama ini ada di hatinya. “kamu mau tempat itu, Tika?”
“Apa kamu menyayangi aku?” Tanya Tika.
“Ya, aku menyayangimu.” jawabnya mantap. ”Tapi kamu bukan cinta pertamaku, karena cinta pertamaku hanya untuk Allah SWT. Kamu juga bukan cinta keduaku, karena cinta kedua itu hanya untuk Rasulullah SAW. Kamu juga bukan cinta ketigaku, karena cinta ketigaku hanya untuk kedua orang tuaku. Kamu juga bukan cinta keempatku, karena cinta keempatku hanya untuk keluargaku. Di sini ada dua cinta yang aku tawarkan padamu. Cinta kelima dan cinta keenamku. Cinta kelimaku untuk orang yang akan selalu ada di hatiku sampai kapanpun dan dialah yang akan selalu aku cintai sepanjang umurku. Dan cinta keenamku untuk sahabat-sahabatku. Kamu mau yang mana?” jelas Surya.
Tika terdiam dan berpikir. “Untuk saat ini, aku inginkan cinta keenammu karena saat ini aku ingin mencintaimu sebagai sahabatku agar aku bisa lebih mengenal kamu lebih jauh. Tapi suatu saat nanti, aku inginkan cinta kelimamu, karena aku yakin, saat hari itu tiba, aku hanya akan mencintaimu sebagai orang yang sangat special untukku. Aku yakin itu.” Jelas Tika.
“Oke.” Jawab Surya. Tika tersenyum pada Surya. Hatinya kini dipenuhi dengan bunga-bunga yang bermekaran dengan indah. Surya membalas senyum Tika dengan senyuman termanisnya. Tika berjalan menuju Surya. “aku akan memberikan cinta kelimaku untuk kamu kapanpun kamu memintanya karena cinta kelimaku hanya untuk gadis yang ada di depanku ini sampai kapanpun. Insya Allah.”

Surya dan Tika berjalan di pantai itu dengan perasaan yang sangat sulit dilukiskan. Di pasir pantai hitam yang masih basah bermandikan ombak itu terdapat bintang laut kecil yang terdampar. Bintang laut yang Tika lemparkan kembali ke lautan itu kembali ke pantai. Tapi kini bintang laut itu tak sendirian. Dia kini berdua bersama temannya. Tika tersenyum melihat bintang laut yang tak lagi sendirian itu, sama seperti dirinya. Kini dia bersama Surya yang akan selalu ada di sampingnya. Tika mengajak Surya memungut kedua bintang laut itu untuk dilemparkan kembali ke lautan lepas. Setelah mereka melempar bintang laut itu, mereka menatap lautan yang luas. Airnya masih tenang. Setenang hati mereka.

Daun-daun kelapa kembali saling bergesekan riang. Mereka seakan turut merasakan kebahagiaan yang Surya dan Tika rasakan. Pohon-pohon kelapa terlihat sangat kokoh dan kuat walaupun diterpa angin yang kuat karena mereka saling membantu jika ada angin yang menerpa mereka, sama seperti Surya dan Tika, mereka akan tegar dan kuat jika saling membantu dan melindungi.

Angin semilir kembali bertiup membelai wajah kedua anak remaja itu dan jilbab Tika. Ombak-ombak masih asyik berlomba mencapai pantai serta berlarian dan berkejar-kejaran di permukaan pasir pantai yang hitam.
“Oh iya, Ya. Aku bakal minta cinta kelimamu saat kita udah sama-sama mapan dan siap untuk menatap masa depan yang indah. Kamu mau kan memberikannya saat itu datang?” Tanya Tika.
“Insya Allah!” jawab Surya mantap. Mereka kembali menyusuri pantai. “kamu tetap tinggal di sini?”
Tika tersenyum. “Iya. Aku udah tenang di sini. Walaupun kita terpisah sama jarak, kita masih tetap bisa berhubungan kok. Kan sekarang udah ada banyak alat komunikasi.”
“Tapi kamu nggak akan macem-macem kan?” Tanya Surya curiga. Tika tahu bahwa Surya sedang bercanda dengannya.
“Em… gimana ya? Kalau ada yang lebih baik, kenapa nggak?” jawab Tika. Surya langsung menoleh dengan wajah cemberutnya. Tika tersenyum geli melihat wajah Surya yang lucu. “ya nggak lah! Kamu kali yang macem-macem!”
“Ya nggak dong! Ngapain coba?”
“Awas ya, kalau kamu berani macem-macem! Aku punya empat agen mata-mata! Mereka siap awasi kamu 24 jam non-stop.” Ancam Tika. Tak lama, mereka tertawa bersama.
“Iya. Udah ah. Kok jadi ngaco gini sih? Pulang aja yuk! Capek banget nih! Aku tadi baru nyampe di Banjarmasin langsung ke rumahmu. Kata ibu, kamu ada di sini. Aku nyusul ke sini deh!” jelas Surya.
“Oke. Yuk!” sahut Tika. Mereka berdua berjalan menuju mobil Tika. Tika mengemudikan mobilnya dengan tenang meninggalkan Pantai Tangkisung. Surya yang duduk di jok sebelah Tika mulai memasuki alam mimpinya yang damai. Dia terlihat sangat kecapekan. Tika mengemudikan mobilnya dengan tenang dan hati-hati. Tika sangat menikmati pemandangan menuju Banjarmasin. Setelah melewati daerah Pelaihari, kanan dan kiri jalan terdapat rawa yang luas. Tika tersenyum melihat sosok yang sangat dicintainya itu.

Dia telah menemukan yang dia cari selama ini. Dia mencari ketenangan hati dan kebahagiaan. Dia telah mencarinya kemana-mana, di Jembatan Barito, di pusat Kota Banjarmasin, di Pelabuhan Trisakti, di Pasar Terapung, di Syamsudin Noor Airport, di Martapura, dan di Pantai Tangkisung. Kini dia sadar bahwa ketenangan hati dan kebahagiaan itu sebenarnya ada di dalam hatinya sendiri.

Tika berjanji, dia akan mengajak Surya berkeliling Banjarmasin. Dia ingin mengajak Surya menikmati indahnya Jembatan Barito saat candikala datang. Menikmati ramainya pusat Kota Banjarmasin. Menikmati beragam makanan khas Banjarmasin, salah satunya lempeng –pisang goreng khas Banjarmasin yang berbentuk bulat agak besar yang adonan tepungnya dicampur dengan santan murni-. Menikmati asyiknya berbelanja di atas perahu dan sarapan di warung yang ada di atas perahu di Pasar Terapung. Menikmati ramainya pelabuhan yang ada di muara sungai Barito. Menikmati asyiknya naik klotok di sungai yang membelah hutan yang masih asri. Menikmati asyiknya melihat-lihat perhiasan dari intan di Martapura yang terkenal sebagai pusat intan di Indonesia. Menikmati enaknya telur bebek Alabio yang kaya akan gizi di peternakan itik Alabio. Dan satu lagi, menikmati nikmatnya nasi bumbu habang –nasi kuning dengan bumbu yang berasal dari cabe kering yang berwarna merah dengan potongan daging ayam di dalam bumbu habang- dan soto Banjar yang memiliki cita rasa yang khas. Dan menikmati indahnya berbagai tempat wisata lainnya.

Tika juga berjanji untuk tetap menjaga cintanya pada Surya sampai kapanpun dan akan meminta cinta Surya saat mereka mengikat janji suci untuk mencintai Allah bersama-sama. Insya Allah. Amin.

~TAMAT~
28-29 April 2008

P.S.:
Aku membuat cerpen ini dengan hatiku, harapanku, dan perasaanku. cerpen ini adalah tumpahan dari isi hatiku dan harapanku pada orang yang aku sayangi. Cerpen ini adalah bentuk kerinduanku pada Tanah Seberang, Banjarmasin yang menjadi salah satu tempat aku dibesarkan dan sanak saudaraku tinggal.
Dalam cerpen ini aku ingin menunjukkan kalau Kalimantan itu indah sekali. semoga dengan cerpen ini, kita sadar, bahwa cinta yang didasarkan cinta karena Allah adalah cinta yang suci dan apapun cobaan dan ujiannya jika kita bisa menghadapinya dengan sabar dan mempertahankan cinta itu, maka akan berakhir dengan indah dan mneguatkan cinta itu sendiri.
aku juga melampirkan beberapa foto dari Kalimantan. tapi aku dapatkan dari beberapa sumber. karena terakhir kali aku ke sana adalah 8 tahun yang lalu. jadi aku buat cerpen ini dengan sedikit ingatanku tentang Kalimantan.


Jembatan Barito


Pasar Terapung


Pantai Tangkisung


Nasi Kuning Bumbu Habang


Soto Banjar


Perahu khas Banjar, Klotok


Sungai Barito


Pelabuhan Trisakti


Intan Martapura


Jembatan Penuh Kenangan di Tengah Kota Banjarmasin


Bundaran Simpang Banjarmasin


Kain Sasirangan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silakan berkomentar, :)