Jumat, 19 Februari 2010

Hidayah Akan Kembali - Script Film

1. ESTABLISH SHOT
Hari masih gelap. Rifqi sudah menimba air dari sumur ke dalam sebuah kendi yang biasanya digunakan untuk mengambil air wudlu. Lalu ia berwudlu. Setelah berwudlu, ia mengambil sarung dan pecinya. Lalu melangkahkan kaki ke masjid. Di masjid, ia bertemu dengan Ustadz Utsman. Sebelum sholat shubuh dimulai, mereka sempat bersalaman dan berbincang-bincang. Tak lama sholat shubuh berjamaah dimulai. Setelah sholat selesai, Rifqi berjalan pulang, lalu bersiap-siap untuk bersekolah. Dari menyetrika baju sampai menyiapkan sarapannya sendiri. Pukul 06.00 WIB, dengan berjalan kaki ia berangkat ke sekolahnya yang berjarak tiga kilometer dari rumahnya.
Cut to cut. Saat jam bekernya berbunyi, Natasha bangun. Saat ia terbangun, pembantunya sudah siap di depan kamarnya untuk segera menyiapkan segala keperluan sekolahnya. Dari seragam hingga buku-buku pelajarannya. Setelah itu, Natasha berjalan menuju ruang makan untuk sarapan dan bertemu dengan kedua orangtuanya. Setelah mengambil sepotong roti tawar dan meminum susu, Natasha mencium pipi kedua orang tuanya untuk berpamitan berangkat sekolah. Pukul 06.30 WIB, Natasha berangkat sekolah diantar oleh sopirnya dengan mobil mewah orang tuanya. Natasha sampai di sekolah saat Rifqi juga baru saja tiba di sekolah.

2. INT. SEKOLAH. RUANG KELAS-PAGI
Day 1. 10.00 WIB.

Natasha sedang berkumpul dengan teman-temannya. Mereka mengajak Natasha untuk pergi ke mall siang ini. Tapi Natasha menolak. Natasha akan menjenguk saudaranya yang sakit di rumah sakit sepulang sekolah nanti. Rifqi sedang mengobrol dengan teman sebangkunya. Dia mengajak Rifqi untuk belajar kelompok pulang sekolah nanti. Tapi Rifqi menolak karena ia harus menjaga ibu di rumah sakit.

Teman Natasha
Nat, nanti pulang sekolah ke mall yuk! Udah lama lho, kita nggak pergi ke mall bareng. Mau kan, Nat?

Natasha
Bukannya aku nggak mau pergi, tapi nanti pulang sekolah, aku udah janji buat jenguk saudaraku yang ada masuk rumah sakit. Maaf ya. Nggak apa-apa kan?

Teman Natasha
Nggak apa-apa kok. (Tersenyum)

Teman Rifqi
Qi, nanti belajar kelompok yuk! Ada pelajaran yang aku masih kurang mengerti. Gimana? Mau nggak?

Rifqi
Aduh, maaf banget ya. Sepertinya aku nggak bisa. Ibuku sakit. Aku harus jaga ibu. Maaf ya. Mungkin lain kali. Nggak apa-apa kan?

Teman Rifqi
Ya udah. Nggak apa-apa kok. Semoga ibu cepat sembuh ya.

Rifqi
Amin… (Tersenyum)

3. INT. RUMAH SAKIT. LOKET PEMBAYARAN-SIANG.
Day 1. 14.00 WIB.

Rifqi berdebat dengan petugas loket pembayaran rumah sakit. Memohon petugas tersebut agar mau memberi keringanan biaya rumah sakit ibunya. Saat itu Natasha berjalan masuk ke dalam ruang tunggu di dekat loket dan melihat Rifqi. Terheran. Petugasnya tetap bersikukuh untuk tidak memberikan keringanan. Lalu Rifqi pergi dari loket.

Rifqi
Pak, saya mohon, beri saya keringanan biaya. Saya ini orang nggak mampu, Pak. (Memelas)

Petugas Loket
Maaf, dik. Saya tidak bisa memberi keputusan. Ini di luar kewenangan kami. Lagipula biaya segitu sudah termasuk murah.
(Wajahnya judes)

Rifqi
Saya mohon, Pak. Saya butuh keringanan itu. Kalo tidak, ibu saya tidak bisa menjalani pengobatan.

Petugas loket
Sekali lagi maaf, dik. (Mencoba tetap ramah)


Rifqi

Ya sudah. Makasih ya, Pak.(Beranjak pergi)

4. EXT. RUMAH SAKIT. TAMAN-SIANG.
Day 1. 14.15 WIB.

Rifqi duduk di kursi taman (prop.) sambil menundukan kepala. Memikirkan biaya rumah sakit. Tiba-tiba Natasha yang baru saja menjenguk saudaranya datang dan duduk di sebelahnya. Dia penasaran dengan apa yang diperdebatkan oleh Rifqi dan petugas loket itu. Natasha mengajak Rifqi berbicara. Dan Rifqi menceritakan semuanya. Natasha mau membayar semua biaya.

Natasha
Rifqi, kamu kenapa? (Duduk di sebelah Rifqi)

Rifqi
Nggak apa-apa. (Menunduk)

Natasha
Nggak usah bohong sama aku. Aku bisa lihat kamu lagi ada masalah. Cerita aja.
(Sambil membetulkan posisi kalung salib di lehernya yang melenceng(prop.))

Rifqi
(Terdiam sebentar, matanya menerawang) Ibuku sakit. Kanker paru-paru. Butuh operasi. Tapi aku nggak punya uang. Aku sudah nggak tau harus cari uang kemana.

Natasha
(Terdiam, tersenyum misterius) Gimana kalo aku aja yang bayar? Kebetulan di tabunganku ada sedikit uang.

Rifqi
(Memalingkan wajah dan melihat Natasha) Nggak, Nat. Aku nggak mau punya hutang budi sama kamu.

Natasha
(Terdiam.memikirkan cara lain) Begini aja, kamu boleh anggap ini sebagai sebagai hutang. Kamu boleh bayar kapan aja kok.

(OS)
Rifqi

(Memikirkan ucapan Natasha)
Kalau aku menolak, aku nggak bisa melunasi. Tapi kalau aku menerima, dia kan agamanya nasrani. Seorang muslim nggak boleh akrab sama orang non muslim kan? Gimana ya? Apa aku terima aja? Um… Aku terima aja lah! Mau gimana lagi?
(Menghembuskan nafasnya)

Rifqi
(Mengganggukan kepala) Iya deh, Nat. Terima kasih ya.

Natasha
(Tersenyum) Ayo kita ke loket pembayaran. Kita bayar biaya operasi ibu kamu. (Beranjak terlebih dahulu dan Rifqi mengikutinya)

(Insert: lampu ruang operasi yang menyala)

5. INT. SEKOLAH. PERPUSTAKAAN-KORIDOR-KANTIN-SIANG
Day 8. 10.30 WIB.

Seminggu setelah itu…
Rifqi sedang asyik membaca buku. Natasha menghampirinya. Meminta diajarkan beberapa pelajaran yang kurang dimengertinya. Lalu mereka pergi menuju kantin. Membeli minuman lalu ngobrol. (memperlihatkan keakraban mereka)

6. INT.RUMAH NATASHA.RUANG TAMU-SORE.
Day 8. 15.00 WIB.
Rifqi mengajari Natasha mengenai pelajaran sekolah yang agak sulit. Natasha memperhatikannya. Setelah selesai, mereka ngobrol. Tanpa sengaja mereka membicarakan tentang agama.

Natasha
Rifqi, kamu tahu bagaimana cara beribadahnya umat hindu?

Rifqi
Aku nggak tahu. Aku belum pernah lihat ataupun dengar. Emang cara ibadahnya umat nasrani gimana?

Natasha
Dalam nasrani itu, beribadahnya dengan berdoa dengan rosario atau di gua maria gitu. Terus kalau hari minggu kebaktian di gereja. Kalau Islam bagaimana? (Bercerita dengan antusias dan meyakinkan)

Rifqi
Kalau Islam, sholat, puasa, ngaji dan masih banyak lagi. Semuanya bermanfaat lho. Selain bisa dapat pahala, sholat juga merupakan senam yang gratis dan sehat.

Natasha
Katanya kalau Islam itu nggak kenal pacaran ya? Wah, nggak nyenengin ya. Kalau perempuan harus pakai kerudung kan? Pasti gerah banget deh!

Rifqi
Yah, itulah Islam. Memang berat. Tapi kalau ikhlas menjalaninya malah jadi menyenangkan lho..

Natasha
Tapi berat ah! Enakan juga agamaku.

Rifqi
Agama kita kan beda. Tiap agama kan punya aturan sendiri-sendiri.(Tersenyum) Aku pamit pulang ya, Nat. Udah ngerti kan cara mengerjakan soal ini? (Berdiri lalu berjalan ke pintu)

Natasha
Udah kok. Makasih ya.(Rifqi berjalan keluar rumah, Natasha mengikutinya) Hati-hati ya, Qi. (Lalu menutup pintu)

7. EXT. RUMAH RIFQI. TERAS-MALAM.
Day 9. 20.00 WIB.

Rifqi sedang melamun. Mencoba jujur pada hatinya tentang perasaannya pada Natasha. Dia kembali mengingat saat mereka bersama. (insert. Saat di taman rumah sakit. Saat di perpus sekolah. Saat di kantin sekolah.) Dia teringat bahwa belum sholat isya’. Dia berjalan ke dalam rumah lalu mengambil air wudlu dan sholat. Selesai sholat, dia berdoa. Lalu hatinya tenang.

(OS)
Rifqi

(Diam, kepala menengadah ke langit melihat bintang)
Apa iya aku suka sama Natasha? Aku nggak pernah ngerasain
yang kayak gini waktu sama cewek. Kalau iya, mending jangan deh. Dia kan orang nasrani. Masa’ aku suka sama orang yang ingkar dari Allah? (Terdiam tak mengerti harus bagaimana) Masya Allah! Aku belum sholat isya! (Dia segera melangkah masuk ke dalam rumah dan mengambil air wudlu

8. INT. RUMAH RIFQI. HALAMAN. KAMAR IBU-SIANG.
Day 16. 14.00 WIB.

Natasha memarkirkan mobilnya di pelataran rumah Rifqi. Lalu keluar dan melangkah menuju pintu rumah sambil membawa plastik berisi makanan. Rifqi membukakan pintu untuk Natasha. Rifqi mempersilahkan Natasha masuk ke dalam rumah. Mereka berjalan menuju kamar ibu. Ibu sedang terbaring sakit. Penyakitnya kambuh lagi. Natasha menyarankan agar ibu dibawa ke rumah sakit. Rifqi menolak dengan alasan tidak punya uang. Lagi-lagi Natasha menawarkan bantuan. Akhirnya ibu dibawa ke rumah sakit.

Natasha
(Mengetuk pintu rumah Rifqi) Permisi…

Rifqi
(Membukakan pintu) Eh, ada Natasha. Masuk, Nat.
(Mempersilahkan Natasha masuk dengan berjalan masuk rumah. Natasha mengikutinya) Ada perlu apa, Nat?

Natasha
Aku mau ketemu ibu. Udah lama nggak ketemu sih.
Kangen sama beliau. Ibu kamu baik banget sama aku. Ibu mana?

Rifqi
(Mengajak Natasha masuk ke kamar ibu) Ibu sakit lagi, Nat. Dari tadi batuk-batuk terus. Tadi malah batuk darah. (Wajahnya sedih)

Natasha
Ya Tuhan, ibu kenapa lagi? Apa penyakitnya kambuh? (Tiba di kamar ibu)
(Meletakkan tas plastik di kursi) (Rifqi hanya menggelengkan kepala)
Ibu, kenapa? Kata Rifqi, ibu sakit lagi ya?

Ibu Rifqi
Eh, ada Natasha. Ibu nggak kenap-kenapa kok, Nak. Cuma batuk aja.
uhuk…uhuk… uhuk…
(ibu menutup mulutnya dengan telapak tangan. Saat mulutnya dibuka, telapak tangan ibu sudah penuh dengan darah.)

Natasha
Ya Tuhan, ibu. Ibu ke rumah sakit lagi ya?
Rifqi, ayo bawa ibu ke rumah sakit.
(Natasha membersihkan tangan ibu dengan tisu, dia menoleh pada Rifqi yang ada di sebelahnya)

Rifqi
Aku nggak bisa bawa ibu ke rumah sakit. Aku nggak punya uang, Nat. (Dengan nada sedih)

Ibu Rifqi
Nggak usah, Nak. Ibu nggak kenapa-kenapa kok. (Pelan)

Natasha
Ibu, harus ke rumah sakit. Kalau nggak ke rumah sakit, nanti batuknya tambah parah.
Rifqi, ayo bawa ibu. Soal biaya biar aku yang urus.

Rifqi
Nggak bisa, Nat. Aku udah terlalu banyak berhutang sama kamu.

Natasha
Ya ampun, masih aja mikir kayak gitu. Aku kan udah pernah bilang, kamu bisa bayar kapan aja kok. Atau aku sendiri yang akan membawa ibu kamu ke rumah sakit?!
(Dengan nada keras sambil membangunkan badan ibu yang sudah lemas)

Rifqi
Iya, Nat. Iya! (Membantu Natasha memapah ibu sampai ke mobil, lalu mengunci pintu rumah, lalu masuk ke mobil dan Natasha membawa mobilnya ke RS)

7. INT. RUMAH SAKIT. UGD-SORE.
Day 16. 17.00 WIB.

Rifqi menemani ibu di ruangan kecil yang hanya bersekat gorden di UGD RS. Natasha datang dengan membawa plastik berisi makanan yang baru saja dibelinya. Memberikan Rifqi makanan. Rifqi memakannya. Ibu sedang tertidur.

Natasha
Rifqi, ini makan dulu. Kamu belum makan kan? (Sambil menyodorkan roti pada Rifqi)

Rifqi
Makasih ya, Nat. Kamu baik banget sama aku.
(Sambil menerima roti lalu membuka dan memakannya)


Natasha

Sama-sama. Agamaku selalu mengajarkan tentang kasih pada sesama manusia. Islam juga begitu kan?

(OS)
Rifqi

(Mengangguk)
Natasha sungguh gadis yang baik. Salah nggak ya kalau aku suka sama dia? Dia cantik dan baik. Tapi apakah, aku pantas berdampingan dengannya? Yaa Allah, salahkah jika aku mencintainya? (Sambil melihat wajah Natasha)

Ibu Rifqi
Uhuk… Uhuk… Uhuk…(Kali ini batuk ibu makin keras dan tak berhenti, darah segar keluar dari bibir ibu)

Rifqi
(Segera meletakkan rotinya, panik) Ibu, kenapa?

Natasha
(hanya diam, beranjak keluar untuk memanggil suster)

Ibu Rifqi
Natasha, nggak perlu panggil suster, Nak.

Natasha
(tidak jadi keluar)

Ibu Rifqi
Rifqi, anakku, ibu ingin istirahat. Ibu ingin tidur dulu. Kalau nanti ibu nggak bangun, ibu jangan dibangunin ya. Natasha, ibu titip Rifqi ya.

Natasha
(Menunduk)

Rifqi
Ibu, jangan bilang gitu.

Ibu Rifqi
Yakinlah, bahwa Allah selalu bersamamu. Tetaplah pada agamamu. Yang rajin sholat ya. Sholat itu tiangnya agama. Jaga diri baik-baik ya. Ibu sayang kamu. Laillahaillah muhammadarasullulah. (ibu meninggal)

Rifqi
Ibu!!! Jangan tinggalin Rifqi! (Histeris)

Natasha
Rifqi, sabar… Mungkin ini emang saatnya beliau pergi. Relakan, Qi.

Rifqi
Ibu… (Memeluk tubuh ibu) Aku belum sempat membahagiakan ibu, Nat.

Natasha
Relain, Qi. Aku yakin, ibu akan tenang di alam sana. (Suasana hening)

8. EXT. PEMAKAMAN UMUM-PAGI.
Day 17. 10.00 WIB.

Rifqi duduk di depan makam yang masih basah. Nisannya tertulis nama ibu. Rifqi menangis. Natasha terdiam di sebelahnya. Rifqi masih meraung-raung. Tidak terima dengan kepergian ibunya.

Rifqi
Ibu, Rifqi sudah nggak punya siapa-siapa.
(Menangis)
Yaa Allah, kenapa Engkau ambil ibuku dengan begitu cepat? Engkau tidak adil!!

Natasha
Rifqi, kamu nggak boleh ngomong seperti itu.

Rifqi
Nggak, Nat. Tuhan nggak adil sama aku. Tuhan nggak pernah sayang sama aku!

Natasha
Tuhan selalu sayang umat-Nya. Lebih baik kita pulang, Qi. Ini udah siang. Kamu perlu tenangin diri.

Rifqi
Nggak, Nat. Aku masih mau di sini.

Natasha
Rifqi, ayolah. Ibu kamu perlu ketenangan. Relain ibu pergi. Bukankah tiap manusia akan mati nantinya? (Dia berdiri)

Rifqi
(Terdiam, lalu mengikuti Natasha berdiri dan beranjak pergi dari pemakaman)

9. INT. SEKOLAH. RUANG KELAS-PAGI
DAY 19. 09.00 WIB.

Rifqi hanya terdiam di tempat duduknya. Ada salah seorang temannya yang mengucapkan bela sungkawa padanya. Dia hanya terdiam dan menunduk. Teman Rifqi itu mencoba mengajaknya berbicara, tapi Rifqi hanya terus diam. Dia tak putus asa, dia terus mengajak berbicara. Akhirnya Rifqi menatap temannya itu lalu memarahinya. Hal yang tak pernah ia lakukan pada orang lain. Karena kaget, temannya itu terjatuh, lalu bangkit dan melangkah menjauhi Rifqi. Teman-teman sekelas Rifqi terkejut dengan perubahan sikap Rifqi lalu menjauh dari Rifqi

10. INT. SEKOLAH. RUANG TATA USAHA-KORIDOR-RUANG AGAMA-KORIDOR-RUANG TATA USAHA-SIANG.
Day 19. 11.00 WIB

Dua hari sejak kepergian ibu…
Rifqi duduk di depan meja karyawan TU. Karyawan TU memberikan pengarahan pada Rifqi. Wajah Rifqi tampak resah. Shock. Karyawan TU itu memberitahukan bahwa Rifqi harus segera membayar uang SPP yang nunggak 6 bulan itu. Jika tidak, Rifqi tidak akan boleh mengikuti ujian semester minggu depan.

Karyawan TU
Rifqi, kamu harus segera melunasi uang SPPmu. Kalo belum bayar, kamu tidak boleh ikut tes semester minggu depan. (Sambil memegang kertas)

Rifqi
Tapi saya tidak punya uang, Pak. Tulang punggung keluarga saya adalah ibu saya. Dan Ibu saya baru saja meninggal. Dan sekarang Saya belum mendapat pekerjaan. (Wajahnya sedih)

Karyawan TU
Ini sudah jadi peraturan sekolah kita. Kalau SPP belum lunas, tidak boleh ikut tes. Jadi secepatnya harus kamu lunasi. Saya masih ada urusan. Kamu boleh kembali ke kelas. (Sambil berdiri lalu beranjak pergi)

(OS)
Rifqi

(Berdiri dan beranjak pergi, melangkahkan kaki menuju kelasnya)
Uang SPP? Aku dapat uang dari mana? Kerja aja nggak. Uang peninggalan ibu juga tinggal sedikit. Untuk hidup sehari-hari aja nggak cukup. Apalagi bayar uang SPP! Aku harus gimana? Apa yang harus aku lakukan?
(Saat berjalan melewati ruang agama nasrani, dia bertemu dengan Natasha)

Natasha
Rifqi? Dari mana? (Sambil tersenyum)

Rifqi
Nggak dari mana-mana kok. Cuma dari TU.

Natasha
Ah, bohong kamu!

Rifqi
Beneran kok. Tadi aku dari sana.

Natasha
Ngapain?

Rifqi
Nggak ngapa-ngapain kok. Eh, Nat, aku duluan ya. Mau ke kelas. (Lalu beranjak pergi)

(OS)
Natasha

(Memikirkan sesuatu)
Rifqi kenapa ya? Dari TU? Ngapain ya? Cari tau, ah! (Berjalan menuju TU, saat di TU dia langsung bertanya pada karyawan TU yang tadi)

Natasha
Permisi, Pak. Saya mau tanya. Apa benar tadi Rifqi Maulana ke sini?

Karyawan TU
Iya benar. Ada apa?

NatashaAda perlu apa dia ke sini, Pak?

Karyawan TU
Dia belum melunasi uang SPP 6 bulan. (Tanpa rasa curiga)

(OS)
Natasha

(Terdiam sambil menunduk)
Kesempatan bagus!

Natasha
(Kembali mengangkat kepalanya) Berapa jumlahnya, Pak?

Karyawan TU
900 ribu.

Natasha
Ouw… ya sudah. Makasih, Pak. Permisi. (Lalu beranjak pergi)

(OS)
Natasha

Ini kesempatan bagus buat aku.
Hm…Tuhan selalu kasih aku jalan yang lancar buat misi ini. Jadi aku bisa turutin apa kata papa dan mama. (Tersenyum)

11. INT. RUMAH NATASHA. RUANG KELUARGA-KAMAR ORTU-MALAM.
Day 19. 19.00 WIB.

Natasha dan keluarganya sedang ngobrol di ruang keluarganya. Orang tua Natasha menanyakan perkembangan usaha Natasha dalam memurtadkan Rifqi. Natasha kurang setuju dengan niat orang tuanya. Terjadi perdebatan antara mereka. Akhirnya orang tuanya meninggalkannya di ruang keluarga. Natasha kembali berpikir. Lalu menyusul orang tuanya dan menyatakan setuju dengan niat mereka.

Mama
Nat, gimana usaha kamu menyesatkan Rifqi? Jelas ada perkembangan kan? (Tersenyum)

Papa
Iya, sudah lama kamu nggak cerita sama papa mama tentang dia. Sudah sampai mana prosesnya?

Natasha
Sejauh ini udah ada kok, Pa, Ma. Rifqi mulai nyalahin Tuhannya karena kematian ibunya. Dan sekarang dia lagi butuh uang buat bayar SPP.

Mama
Wah, kesempatan bagus itu! Kita bayar aja, Nat. Dengan begitu, lama-lama dia akan bersimpatik terhadap kita. Lalu akhirnya mau mengikuti apapun yang kita katakan.

Natasha
Niatku juga begitu kok, Ma. Tapi kadang aku merasa nggak enak sama dia. Kadang aku nggak tega tiap dia bilang Tuhan tidak adil. (Wajahnya murung)

Mama
Biarin aja! Dengan begitu, dia bakalan mau pindah agama kan? Karena udah nggak percaya sama Tuhannya. (Wajahnya angkuh, sedikit cemberut)

Natasha
Tapi, Ma, bukannya ini perbuatan yang jahat ya? Bukan kah agama Islam juga agama yang baik?

Mama
Nggak! Biarin aja! Kenapa sih kamu bisa bilang kayak gitu?? (Natasha hanya diam) Atau jangan-jangan kamu mulai tertarik sama Islam?! (Masih diam) Jawab, Nat!! Tuhan kasih kamu mulut buat ngomong!

Papa
Ma, tenang… Biarkan Natasha jawab dulu.

Natasha
Aku nggak tertarik sama Islam kok. Tapi kadang aku mikir, kenapa sih kita harus benci sama mereka?

Mama
Asal kamu tahu, Nat. Islam itu agamanya orang bodoh, pemalas, biang kerok dari segala kerusuhan dan kekerasan! Bahkan dalam Islam sendiri, seorang suami boleh memukul istrinya! Kamu tau kan artinya apa? Itu kekerasan!

Natasha
Tapi kenapa aku lihatnya nggak kayak begitu ya, Ma. Mereka baik dan ramah kok. Mereka juga nggak pernah mendiskriminasi aku waktu aku lagi bareng sama mereka. Kenapa sih kita nggak bisa hidup berdampingan dengan mereka?

Mama
(Marah) Natasha! Kamu kenapa sih?! Kayaknya anak miskin itu udah mencuci otak kamu dengan ajarannya ya!! Pokoknya, Nat, Mama nggak mau tau! Kamu harus bisa menyesatkan Rifqi! Mama nggak mau tau!! (Mama pergi meninggalkan ruang keluarga diikuti papa)

(OS)
Natasha

(Masih terdiam di ruang keluarga)
Kenapa sih mereka kayak gitu? Padahal kalo semua umat hidup berdampingan dan tenggang rasa, dunia akan damai kan? Lagipula, umat Islam juga baik-baik kok. Kenapa ya? Aku harus gimana? Satu sisi aku liat kalo Islam itu indah. Tapi di sisi lain, aku nggak mau ngecewain mama dan papa. Aku belum pernah membuat mereka bangga sama aku. Aku ingin mereka bangga sama aku. Apa iya, dengan menyesatkan Rifqi, bisa membuat mereka bangga?
(Mulai beranjak pergi dan melangkah ke kamar mama dan papa, mengetuk pintu lalu membukanya dan melangkah masuk)

Mama
Kenapa lagi?

Natasha
(Duduk di sebelah orang tuanya yang duduk di tempat tidur)
Pa, Ma, maafin aku ya. Aku akan menyesatkan Rifqi! Aku janji, Ma, Pa.

Papa
Bagus, Nat. Papa bangga kamu bisa bertekad kayak begitu. Terus apa langkah selanjutnya? (Mama tersenyum)

Natasha
Pertama, kita harus bayar SPP Rifqi dulu, Pa. Nanti saat dia makin goyah sama agamanya, Natasha akan cekokin dia dengan surat-surat dari Alkitab.

Mama
Bagus, Nat. Langkah yang bagus.

Natasha
Ya udah. Ma, Pa, aku ke kamar dulu ya, mau ambil jaket. Aku pengin ke taman. (bangkit lalu melangkah keluar kamar dan berjalan ke kamarnya)

(OS)
Natasha

Tuhan, aku serahkan semuanya padaMu.

12. EXT. TAMAN KOTA-MALAM.
Day 19. 20.00 WIB.

Rifqi duduk termenung memikirkan setiap kejadian menimpanya akhir-akhir ini. Ibunya sakit. Ibunya meninggal. biaya sekolah yang masih nunggak 6 bulan. Semuanya datang dengan cepat. Beruntun. Rifqi mulai menyalahkan Tuhan. Dia membuang gelang tasbih yang selalu terpasang manis di tangannya. Lalu pergi meninggalkan taman.

Rifqi
(Duduk di kursi taman, melamun)
Tuhan, kenapa Engkau tega padaku? Kau ambil semua orang yang kusayang! Engkau tega padaku! Aku salah apa padaMu? Aku selalu beribadah kepadaMu. NamaMu selalu kusebut di setiap waktuku. Aku selalu mencintaiMu. Tapi kenapa Engkau tak pernah mencintaiku? Sedangkan Natasha? Dia tak pernah beribadah padaMu. Jangankan beribadah padaMu, menyembahMu saja tidak! Dia malah menganggap utusanMu, nabi Isa sebagai Engkau. Tapi kenapa dia mendapat kenikmatan yang sangat banyak? Aku tak mengerti kenapa Engkau tak adil padaku! Aku selalu taat padaMu, tapi Engkau menyiksaku dengan ini semua! Natasha? Dia tak pernah taat, tapi Engkau memberinya kenikmatan! (Marah, berteriak, nafasnya tersengal-sengal. Mencoba untuk menenangkan diri)

(OS)
Rifqi

Apa mungkin dengan aku pindah agama nasrani, aku akan mendapatkan kebahagiaan yang aku cari? (Rifqi bangkit dari duduknya lalu melepas gelang tasbih yang selalu terpasang manis di tangannya lalu memandangi gelang itu) Mungkin Islam bukan jalanku. Aku udah nggak butuh gelang tasbih ini. Untuk apa aku harus berdzikir lagi? Toh Tuhan tak pernah mendengarkan doaku. (Rifqi melempar gelang tasbihnya) (Rifqi menunduk, lalu pergi meninggalkan taman)

Natasha memasuki kawasan taman kota saat Rifqi beranjak pergi dari taman. Natasha duduk di kursi taman yang tak jauh dari kursi taman tempat Rifqi duduk tadi. Kepalanya menengadah ke atas melihat bintang. Perlahan dia menangis. Merenungi niatnya untuk memurtadkan Rifqi. Hatinya kurang sreg dengan rencana itu. Dia menangis. Tiba-tiba terdengar suara orang membaca Al-Qur’an dari masjid dekat taman yang tadi ia lewati. Ada pengajian rutin. Hatinya merasakan sesuatu yang tak dapat ia lukiskan. Dia menemukan gelang tasbih milik Rifqi.

Natasha
Sekarang aku harus gimana? Aku nggak mau menyesatkan Rifqi. Entah kenapa, aku takut dalam menjalankan rencana ini. Tapi dengan cara apa lagi aku dapat membahagiakan orang tuaku? (Menangis)
(Tiba-tiba terdengar suara orang mengaji dari masjid)
Ya Tuhan (Terdiam lalu menangis) Mengapa hatiku selalu begini saat aku mendengar kalimat-kalimat itu? Lantunan ayat-ayat itu membuat hatiku tenang. Mengapa begini, Tuhan? Beri aku petunjukMu.(Menangis sambil memegang erat salib yang ada di kalungnya, tak lama suara itu menghilang)
(Menunduk, melihat gelang tasbih milik Rifqi, lalu memungutnya) Lho, ini kan punya Rifqi? Kok bisa di sini? Gelang ini kan nggak pernah lepas dari tangannya. (Memasukan gelang itu ke dalam saku
bajunya lalu beranjak pergi)

13. EXT. KORIDOR SEKOLAH. ISTIRAHAT-SIANG.
Day 20. 12.00 WIB

Natasha baru saja keluar dari ruang agama nasrani. Saat itu dia melihat Rifqi berjalan di koridor dengan lemas. Seperti tak memiliki semangat hidup. Seperti mayat hidup. Natasha merasa sedikit bersalah karena dia yang membuat Rifqi menjadi begini. Membuat jalan hidupnya tak jelas.

14. INT. SEKOLAH. RUANG TATA USAHA-SIANG.
Day 21. 11.00 WIB

Natasha berjalan menuju Ruang TU. Saat di TU, dia menemui karyawan TU. Dia akan membayar uang SPP Rifqi. Karyawan TU itu curiga pada Natasha. Lalu Natasha mengatakan bahwa Rifqi sedang ada urusan. Lalu pergi

Natasha
Permisi, Pak… Saya mau membayar uang SPP Rifqi Maulana siswa kelas XI IA 7.

Karyawan TU
Tunggu sebentar ya… (Mencari data) Kenapa kamu yang bayar? Rifqi di mana?

Natasha
(Dia bingung lalu memutuskan untuk berbohong) Kebetulan Rifqi sedang ada sedikit keperluan, Pak. Jadi saya yang dimintai tolong untuk membayarkannya.

Karyawan TU
Oh, begitu… Totalnya 900 ribu. (Natasha menyerahkan uangnya)

Natasha
Makasih ya, Pak. Saya permisi dulu. (Lalu meninggalkan ruang TU)

Tak lama berselang, Rifqi datang ke ruang TU untuk meminta keringanan. Dia terkejut saat mengetahui bahwa SPPnya sudah lunas. Lalu dia pergi mencari Natasha. Lalu mengucapkan terima kasih.

Rifqi
(Tak lama Rifqi datang) Permisi, Pak…

Karyawan TU
Ya? Ada apa?

Rifqi
Saya belum bisa bayar SPP, pak. Jadi saya mohon sekali lagi, beri saya keringanan biaya. Saya mohon, Pak

Karyawan TU
Atas nama siapa?

Rifqi
Rifqi Maulana kelas XI IA 7.

Karyawan TU
Sudah lunas kok. Baru saja dilunasi.

Rifqi
(Terkejut) Lho? Siapa yang melunasi, Pak?

Karyawan TU
Tadi ada seorang perempuan yang mengaku sebagai temanmu. Dia membayarkan SPPmu. Dia bilang, kamu sedang ada urusan.

(OS)
Rifqi

Natasha?

Rifqi
(Terkejut) Ya sudah, makasih ya, Pak. Permisi… (Berjalan meninggalkan TU, lalu berjalan mengitari sekolah mencari Natasha. Saat di kelas, dia melihat Natasha sedang bercanda dengan teman-temannya lalu mengajak Natasha berbicara) Natasha, bisa ngomong sebentar? (Rifqi mengajak Natasha ke depan kelas) Nat, apa benar kamu yang melunasi SPPku?

Natasha
(Bingung bercampur takut) Um… Iya, Qi. Maaf aku nggak bilang kamu dulu.

Rifqi
Nat, makasih ya. Aku janji aku bakal cari kerja secepatnya, gajinya buat bayar semua hutangku ke kamu. Aku janji, Nat. Maaf kalo aku ngerepotin kamu.

Natasha
(Tersenyum) Nggak perlu, Qi. Aku memang mau bantu kamu. Nggak usah diganti.

Rifqi
Tapi, Nat…

Natasha
Nggak apa-apa. (Tersenyum) Beneran nggak apa-apa kok. (Rifqi tersenyum pada Natasha, Natasha membalas senyumnya)

15. EXT. TAMAN SEKOLAH-SIANG.
Day 22. 14.30 WIB.

Bel pulang sekolah berbunyi. Natasha berjalan menuju bangku Rifqi yang ada di deretan kursi paling depan. Dia membawa Alkitabnya. Natasha mengajak Rifqi keluar bersama. Lalu mereka berjalan menuju taman sekolah. Di taman sekolah, mereka ngobrol. Natasha membuka Alkitabnya dan mencari halaman yang ia maksud. Menunjuk salah satu bagian dari halaman itu dan menunjukannya pada Rifqi. Setelah ditunjukkan, Rifqi tampak berpikir. Lalu Natasha mengajak Rifqi pulang.

16. INT. RUMAH NATASHA. KAMAR NATASHA-MALAM.
Day 22. 19.00 WIB.

Hati Natasha kembali tak tenang. Dia mengambil gelang tasbih Rifqi dari laci meja belajarnya. Dipandanginya gelang itu. Lalu dia menulis surat pada Rifqi. Ada sedikit rasa bersalah yang meliputi hatinya. lalu dia menulis sepucuk surat untuk Rifqi.

Natasha
Tuhan, salahkan apa yang kulakukan ini? (Mengambil gelang) Gelang ini, pasti dibuang karena Rifqi sudah tak yakin dengan agamanya. Ini semua karena aku. Aku membuat jalan hidup Rifqi menjadi tak terarah. Saat dia mempercayai Islam, hidupnya terarah. Tapi kini, yang ku lihat adalah Rifqi yang tak memiliki semangat hidup. (Dia mengambil kertas dan bolpen dari mejanya lalu menulis surat untuk Rifqi)

17. EXT. RUMAH RIFQI-SORE.
Day 23. 18.00 WIB.

Natasha turun dari mobilnya di pelataran rumah Rifqi. Dia ingin mengajak Rifqi ke sebuah gua maria di pinggir kota. ingin menunjukan pada Rifqi cara ibadahnya. Saat dia mengetuk rumah itu, ternyata rumahnya kosong. Rifqi sedang pergi. Dia meletakkan surat dan gelang tasbih milik Rifqi di kursi teras. Lalu pergi lagi dengan mobilnya.

18. EXT. HALAMAN MASJID-SORE.
Day 23. 18.15 WIB.

Adzan maghrib telah berkumandang dengan merdunya. Banyak muslim yang datang ke masjid untuk menunaikan sholat. Rifqi duduk di depan masjid. Saat adzan berkumandang, dia tidak bangkit untuk mengambil wudlu tapi malah nongkrong di depan masjid sambil meminum sekaleng kecil minuman keras. Saat sholat maghrib berjamaah selesai, seorang ustadz bernama ustadz Utsman datang menghampirinya.

Ustadz Utsman
Assalamu’alaikum, Rifqi. (Sambil tersenyum)

Rifqi
Eh, ada ustadz Utsman… Ada apa? (Malas)

Ustadz Utsman
Kamu sudah sholat maghrib?

Rifqi
Hah? Kenapa? Sholat? Belum.

U. Utsman
Kok belum? Tumben… Biasanya denger adzan langsung sholat. Ada keperluan apa?

Rifqi
Iya, saya emang rajin sholat. Tapi itu dulu…(Tersenyum sinis)

U. Utsman
Astagfirullah… Kamu ini kenapa, Rifqi? Sholat itu penting. Sholat itu tiangnya agama. Jadi harus selalu ditegakkan. Kalo tiangnya saja belum berdiri, bagaimana dengan amal-amal yang lain? Pasti kamu juga sudah tahu itu kan? (Masih sabar)

Rifqi
Halah… sudahlah!! Buat apa sholat? Buat apa puasa? Buat apa ngaji? (Mulai marah) nggak ada gunanya!

U. Utsman
Astagfirullah… Rifqi, beristigfar lah, nak. Sadarlah apa yang kamu katakan tadi salah, nak! Seorang muslim tidak patut berkata seperti itu.

Rifqi
Halah!! Istigfar, istigfar! Omong kosong! Sudah beribu-ribu kali saya istigfar dan selalu berdzikir, sudah beribu-ribu rakaat yang saya tunaikan saat sholat, saya sudah khatam Al-Qur’an berkali-kali, tapi Allah tak pernah sekalipun mendengar doa saya!! Saya selalu mencintaiNya! Tiap waktu namaNya selalu memenuhi hati saya. Saya selalu sabar dalam menghadapi cobaan dariNya! Tapi Allah tak pernah menyayangi saya! Jadi buat apa saya harus beribadah lagi?!

U. Ustman
Masya Allah… istigfar, nak. Allah selalu menyayangi setiap umatNya! Kalau tidak, bagaimana ada alam semesta?

Rifqi
Apa?! Allah menyayangi umatNya? Apakah dengan mengambil ayah saya saat saya butuh kasih sayang ayah, itu termasuk sayang? Apakah dengan tidak memberi kami rizki yang cukup, itu termasuk sayang? Apakah dengan mengambil ibu saya, satu-satunya keluarga saya di dunia ini, itu juga termasuk sayang? Dia tega mengambil semua yang saya miliki!

U. Utsman
Ya Allah… sadar, nak. Itu semua cobaan yang Allah beri untuk kamu. Agar kamu menjadi seorang hamba yang selalu bertaqwa padaNya. Dan cobaan itu pula yang menjadi ukuran keimanan seseorang. Allah berfirman dalam QS. Al’Ankabuut ayat 2-3, Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?(29:2) Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang dusta. (29:3). Jika seseorang memiliki iman yang kuat, maka ia melewati semua cobaan dengan kesabaran dan tawakal. Tapi sebaliknya, jika imannya lemah, maka ia melewati semua cobaan dengan hanya mengeluh dan menganggap cobaan sebagai kesialan.

Rifqi
(Terdiam) Tapi kenapa Allah memberi cobaan yang berat pada saya? Padahal saya selalu beribadah dengan taat padaNya. Tapi Dia tak pernah memberikan kenikmatan pada saya. Sedangkan teman saya, dia beragama nasrani, tapi kehidupannya menyenangkan. Orang tua yang utuh, kekayaan yang melimpah. Padahal dia adalah orang yang mengingkari Allah. Apa itu yang namanya Allah Maha Adil?!

U. Utsman
Janganlah kamu terpedaya oleh kemakmuran orang musyrikin. Itu cobaan untuk mereka. Dengan kemakmuran itu, mereka melawan dan membantah dengan alasan yang bathil untuk menghilangkan kebenaran. Allah berfirman dalam QS. Al Mu’min ayat 4-5, Tidak ada yang memperdebatkan tentang ayat-ayat Allah, kecuali orang-orang yang kafir. Karena itu janganlah pulang balik mereka dengan bebas dari suatu kota ke kota yang lain memperdaya kamu.(40:4) sebelum mereka, kaum Nuh dan golongan-golongannya yang bersekutu sesudah mereka telah mendustakan (rasul) dan tiap-tiap umat telah merencanakan makar terhadap rasul mereka untuk membantah dengan (alasan) yang bathil untuk melenyapkan kebenaran dengan yang bathil itu; karena itu Aku azab mereka. Maka betapa (pedihnya) azabKu?(40:5)
Ingat satu hal lagi, nak. Kaum nasrani salah besar karena menuhankan Nabi Isa as yang biasa mereka sebut sebagai yesus. Karena seorang nabi tidak akan menyuruh manusia untuk menyembah dirinya. Allah berfirman dalam QS. Ali ‘Imran ayat 79, Tidak wajar bagi seorang manusia yang Allah berikan kepadanya Alkitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia : “Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah.” Akan tetapi (dia berkata): “Hendaklah kamu menjadi orang yang rabbani (sempurna ilmu dan taqwanya pada Allah), karena kamu selalu mengajarkan Alkitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya.

Rifqi
(Terdiam, tak lama mobil Natasha datang, kaca mobilnya terbuka, Natasha melambaikan tangannya) Saya permisi, Ustadz. (Lalu berjalan menjauh)

U. Utsman
Nak, (Rifqi berhenti) Ingat, Islam yang akan menuntunmu ke surga! Dan hanya Islam lah agama yang dimiliki oleh Allah!(Rifqi hanya tersenyum lalu pergi)

(OS)
U. Utsman

Semoga Allah kembali menuntunmu ke jalan yang lurus. Jalan yang Dia ridhoi. (Lalu berjalan masuk ke masjid)

19. EXT. MOBIL NATASHA-MALAM.
Day 23. 18.45 WIB.

Natasha mengemudikan mobilnya dengan tenang menuju gua maria di pinggir kota. rifqi hanya terdiam di sepanjang perjalanan. Saat di perjalanan itu, dia melihat gugusan bintang membentuk lafadz Allah, bertemu orang gila yang menyerukan nama Allah, melihat banyak lafadz Allah, dan mendengar suara orang mengaji dengan merdu.

Rifqi
Nat, kita mau kemana sih?

Natasha
Gua maria. Kenapa?

Rifqi
Nggak apa-apa. (Terdiam)

(OS)
Rifqi

Apa iya, ini jalan terbaik yang akan ku pilih untuk hidupku selanjutnya? Apakah jalan ini yang akan mengantarkanku ke surga Tuhan? Apakah jalan ini yang akan membuat hidupku lebih baik?

(insert: ada gugusan bintang yang bersinar dengan terang, membentuk nama Allah)

Rifqi
(Takjub melihatnya) Ya Tuhan, indah banget!

Natasha
Apa yang indah?

Rifqi
Itu… ada bintang yang terang banget! Membentuk lafadz Allah. (Sambil menunjuk ke luar jendela mobil)

Natasha
(Menoleh ke arah yang ditunjukan Rifqi) Mana? Nggak ada kok! Kamu ngaco, ah!

(OS)
Rifqi

(Heran) Kok dia nggak bisa lihat ya? Aneh!! (Rifqi kembali melihat ke luar jendela, bintang itu terus bersinar) (Saat di traffic light, mereka berhenti. Tiba-tiba ada orang gila di depan mobil mereka)

Orang gila
Wahai manusia! Tetaplah pada agamamu! (Berjalan ke sisi Rifqi) Karena agama yang kau peluk adalah agama yang terbaik untukmu! (Di luar jendela Rifqi)

Natasha
(Panik) Qi, gimana nih? (Takut)

Rifqi
Nggak apa-apa. Yang penting pintunya udah kamu kunci. (Berusaha tenang, dia tertarik pada ucapan orang gila itu)

Orang gila
Agamamu lah yang akan mengantarkanmu ke surga Allah! Tetaplah beriman pada Tuhanmu! Allahu akbar! (Sambil mengepalkan tangannya dan mengarahkan ke udara) Hahahaha…… (Tertawa keras lalu pergi)

Natasha
(Lega) Akhirnya… (Lampu hijau menyala, dia menjalankan mobilnya)

(OS)
Rifqi

Apa maksud orang gila tadi ya? Apa Islam adalah agama yang terbaik? Apakah Islam jalan yang akan menuntunku ke surga? (Rifqi kembali melihat ke lingkungan yang dilewatinya) (Banyak lafadz Allah yang terdapat di pinggir jalan, tak lama Rifqi baru tersadar) Kok ada banyak lafadz Allah di sepanjang jalan ini ya? (Dia berpikir, karena tidak menemukan jawabannya, dia melupakannya)

Natasha
Qi, kamu jadi mau pindah ke agamaku?

Rifqi
Nggak tau, Nat. Aku juga masih bingung.

Natasha
Pikirkan ya, Qi. Yakinkan lah hatimu.

Rifqi
(Hanya tersenyum, dia kembali melihat lingkungan yang dia lewati, saat di traffic light, mereka kembali berhenti) (Tiba-tiba terdengar suara orang mengaji dengan merdu, Rifqi mendengarkannya dengan seksama)

(OS)
Rifqi

Udah lama banget aku nggak denger orang ngaji. Ya Tuhan, indah banget! (Dia hanyut dalam lantunan ayat-ayat Al-Qur’an)

(OS)
Natasha

Ya Tuhan, kenapa hatiku jadi kayak gini lagi? Aku nggak boleh kayak gini! (Dia meraih kaset di dekat tongkat persnelingnya dan memasukkannnya ke tape mobil, suara lagu pujian mengalun di mobil itu, tak lama lampu hijau menyala, mereka melanjutkan perjalanan)

(OS)
Rifqi

Ya Tuhan, hatiku sedikit tenang saat mendengar ayat-ayat Tuhan tadi. Apakah Islam merupakan jalan yang terbaik? Kenapa saat mendengar lagu pujian, bukan ketenangan yang ku dapat? Kenapa ini?

Natasha
Qi, apa sih yang buat kamu nggak yakin buat masuk ke agamaku?

Rifqi
Aku juga nggak tau, Nat. Rasanya hatiku belum bisa yakin. Aku masih bingung.

Saat memasuki kawasan persawahan yang luas, tiba-tiba mobil Natasha oleng. Jalannya tidak stabil. Mobilnya zig-zag di jalanan yang sepi. Natasha tidak bisa mengendalikan mobilnya. Dia panic. Remnya blong. Karena panic, Natasha terus menginjak gasnya. Rifqi ketakutan. Natasha terus mencoba mengendalikan mobilnya. Akhirnya mobil menabrak pohon yang ada di pinggir jalan.

(OS)
Rifqi

Ya Tuhan? Apa yang harus aku lakukan? (Bayangan kematian menghantuinya) Kalau aku mati, jiwaku akan kemana? Keyakinanku belum pasti. Aku akan ikut siapa? Islam atau nasrani? Ya Tuhan, bagaimana ini?

Rifqi
Nat, ini gimana?

Natasha
Aku juga nggak tau! (Natasha membelokan mobilnya ke pinggir jalan, lalu menabrak pohon) AAAAA!!!!!

Mobilnya ringsek. Kepala Natasha menghantam kemudi mobil. Darah segar mengalir dari kepalanya. Terjadi pendarahan hebat di kepalanya. Dia tak lagi bernyawa. Mati. Kepala Rifqi menghantam kaca mobil dengan keras. Rifqi pingsan. Tak lama dia terbangun. Kepalanya sakit. Darah segar mengalir pelan dari keningnya. Dia segera keluar mobil. Dia sangat bersyukur karena Tuhan masih menyelamatkannya dari maut. Saat di luar mobil, dia melihat sekitaenya. Sepi. Tiba-tiba dia mendengar suara adzan yang sangat merdu.

Rifqi
(Baru tersadar) Ya Tuhan, terima kasih! Engkau masih memberiku waktu. (Keluar dari mobil, lalu melihat ke sekitar, tiba-tiba terdengar adzan yang merdu, dia menangis)
Subhanallah… Astagfirullah… Ya Allah, maafkan aku. Aku telah khilaf. Karena aku hampir menyekutukanMu. Terima kasih, Ya Allah, Engkau masih mau memberiku waktu untuk bertaubat. Engkau telah menyadarkan hambaMu yang khilaf ini. (Dia menangis lalu bersujud memohon ampun) Ya Allah, maafkan aku. Aku hampir melakukan dosa yang sangat besar. Aku hampir murtad, ya Allah! Maafkan aku. aku hampir menduakanMu! Terima kasih, Engkau telah menyelamatkan aku dari maut yang hampir merengut nyawaku. Aku sadar, Engkau memang selalu mencintai umatMu. (Terus menangis, hatinya tenang) Ya Allah, sudah lama aku merindukan ketenangan hati ini. Aku merindukan saat seperti ini.

Tiba-tiba kepalanya sakit. Sakitnya menjalar ke seluruh tubuhnya. Pusing. Dunia serasa berputar. Dia memegang kepalanya. Lalu tak sadarkan diri.

20. EXT. PEMAKAMAN. MAKAM NATASHA-SIANG.
Day 30. 14.00 WIB.

Rifqi baru saja pulang dari rumah sakit. Dia di rawat selama seminggu. Rifqi berjalan pelan di antara nisan-nisan bisu. Di makam yang bertuliskan nama Natasha, dia berhenti. Hanya memandangi. Tak berdoa.

Rifqi
Natasha, gara-gara kamu, aku hampir menyekutukan Tuhanku! Kalau aja kamu nggak menceritakan tentang nasrani dan membantuku saat ibuku sakit dulu, mungkin aku masih menjadi Rifqi yang selalu taat pada Allah. Aku hampir kehilangan jalan hidup terbaik yang kumiliki. (Marah) Aku benci kamu, Nat. Aku pikir kamu orang yang baik. (Lalu pergi)

21. INT. TERAS RUMAH RIFQI-SIANG.
Day 30. 14.30 WIB

Sepulang dari pemakaman, Rifqi kembali ke rumah. Saat akan membuka pintu rumahnya, dia melihat gelang tasbihnya tergeletak di kursi terasnya. Dia mengambil gelang itu lalu memakainya. Saat melihat surat itu, dia mengambilnya dan duduk di kursi teras, lalu membacanya.

Rifqi
(Melihat gelang) Lho, tasbihku! Akhirnya kembali! Alhamdulillah… (Melihat surat) kok ada surat? (Melihat namanya) Untuk Rifqi Maulana? Dari siapa ya? (Lalu membukanya)

(Insert: Natasha nulis surat)

(OS)
Natasha

Teruntuk Rifqi Maulana, maafkan aku. sebenarnya selama ini aku baik sama kamu karena aku ingin menyesatkan kamu. Maafkan aku. Aku yakin, kamu langsung marah sama aku karena ini. Aku melakukannya juga terpaksa. Aku dipaksa orang tuaku. Aku ingin membahagiakan mereka. Aku terlahir dari keluarga nasrani yang taat. Hampir semua keluargaku adalah aktifis gereja. Ibuku, dia aktifis gereja yang sangat membenci Islam. Dia selalu memiliki niat untuk menyesatkan umat muslim. Sampai akhirnya, dia menyesatkan ayahku yang seorang ketua pengurus pengajian di suatu masjid. Cinta yang membutakannya. Sejujurnya, aku tak ingin melakukan ini. Jujur aku sangat tertarik pada Islam. Buatku Islam itu indah. Islam mengajarkan banyak sekali pelajaran tentang hidup, bagaimana pergaulan yang baik, bagaimana cara berhubungan antar manusia. Aku benar-benar kagum. Tiap kali mendengar suara orang mengaji, hatiku hanyut dalam tiap kalimatnya. Hatiku bergetar. Aku seperti jatuh cinta pada Islam. Sekali lagi maafkan aku. Setelah membaca surat ini kamu boleh marah sama aku. Aku rela kok. Satu hal lagi, aku sangat menyukai kepribadianmu saat imanmu pada Islam masih sangat kuat. Sekali lagi, maafkan aku. dengan balutan maaf, Natasha.

Rifqi
(Dia terdiam)Ya Allah, Nat. Nggak seharusnya aku menyalahkan kamu. Kamu nggak salah. Bahkan harusnya aku yang menuntunmu. Maaf, Nat. (Dia masuk ke dalam rumahnya dengan kesedihan, lalu duduk di kursi dalam rumah) Nat, maafin aku. Aku nggak bisa membawamu ke jalan yang benar. Harusnya aku bisa. Aku egois. Aku terlalu sibuk memikirkan diriku sendiri. Maaf, Nat. (Menunduk)

22. EXT. PERJALANAN MENUJU MASJID-SORE.
Day 31. 18.00 WIB

Rifqi berjalan kaki menuju masjid. Dia tersenyum. Sudah lama, dia tak melakukan rutinitasnya itu. Dia sangat bersyukur masih diberi kesempatan untuk melakukannya. Langkahnya tenang. Gelang tasbihnya sudah terpasang manis di tangan kanannya. Tasbih itu yang menemaninya saat dia berdzikir.

(OS)
Rifqi

Masa-masa sulit selama sebulan ini tak akan pernah kulupakan. Karena dari peristiwa yang menimpaku sebulan ini, memberikan aku banyak pelajaran. Bersabar dalam menghadapi cobaan, memperkuat iman pada Allah, menjaga hubungan dengan orang non muslim. Aku mencintai Natasha, walaupun kini dia telah pergi. Menghadap Tuhan. Walaupun begitu, aku tak ingin menyesali semuanya. Karena suatu peristiwa tidak pantas untuk disesali. Tapi untuk diambil hikmahnya. Aku tak ingin bersedih atas kepergiannya. Karena aku yakin, Allah sudah menyiapkan seorang gadis yang sholehah yang sepadan denganku untuk selalu menemaniku dalam beribadah pada Allah. Karena Allah telah berfirman pada QS. Ar-Ruum:21, Dan di antara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikanNya di antaramu rasa kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kamu yang berpikir. (Tak lama, ia sampai di masjid dan bertemu dengan Ustadz Utsman, dia memeluk erat lelaki itu) Dan agama yang akan aku peluk sampai tarikan nafasku yang terakhir hanyalah Islam. Karena hanya Islam agama yang diridhoi Allah. Allah berfirman dalam QS. Ali ‘Imran:19, Sesungguhnya agama (yang diridhoi) di sisi Allah hanyalah Islam. tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Alkitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barang siapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah, maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisabNya. Dan sekarang, hidayah itu telah kembali padaku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silakan berkomentar, :)