Kamis, 19 Februari 2009

Demokrasi negeriku, benarkah sudah demokrasi???

Indonesia adalah negara Republik yang menganut sistem demokrasi yang mengutamakan musyawarah untuk mencapai mufakat. Tapi apakah demokrasi kita sudah benar-benar demokrasi? Sepertinya belum.

Misalnya dalam pemilihan kepala kelurahan, si A kalah, biasanya dia akan dendam dan membenci si B yang menang. karena itulah sifat dasar masyarakat Indonesia yang terkadang senang memendam dendam. Apakah itu sudah bisa dibilang benar-benar demokrasi???

Bukti lain yang menunjukkan hal tersebut adalah, sikap para pemimpin negara kita, sebut saja ibu Megawati Soekarnoputri yang menyebut pemerintahan Presiden SBY dengan "senam poco-poco" yang gerakannya maju selangkah, tapi lalu mundur selangkah lagi. Itu menunjukkan bahwa Ibu Mega tidak dapat menerima kekalahannya dalam Pemilu 2004 lalu. Dan hal yang seperti ini, tidak pantas dicontoh oleh para generasi muda calon-calon pemimpin bangsa. Tapi ironisnya, banyak dari para generasi muda yang sudah menunjukkan gejala ke arah tersebut. Hal ini sangat menunjukkan betapa bobroknya mental masyarakat Indonesia.

Ada lagi, untuk mendapatkan suatu kemenangan, tak asing bagi kita kata "suap menyuap". Sungguh suatu hal yang sangat menyedihkan. Saat uang berbicara pada hal ini. Seakan-akan hukum rimba berlaku di sin. Siapa yang kuat dialah yang menang. Dalam hal ini, arti kata "kuat" adalah siapa yang berdompet tebal. Sungguh hal yang sangat memalukan!!

Kembali saya bertanya, demokrasi negeriku, benarkah sudah demokrasi??

Menurut saya, tak ada salahnya kita mencontoh sikap Hillary Clinton, Menlu AS yang dalam wawancara eksklusifnya di sebuah stasiun televisi swasta nasional tadi pagi, mengaku cukup kecewa saat dia kalah dari Presiden Barrack Hussein Obama dalam pemilu Presiden AS. Tapi dia juga menuturkan bahwa jika ia kalah, maka ia akan mendukung siapapun yang menang. Hillary Clinton juga menyatakan ia akan mendukung Obama dalam pemerintahannya, karena ia percaya, ini yang akan ia sumbangkan untuk negerinya. dia mengungkapkan "Ini untuk kemajuan Bangsa saya". Sungguh suatu sikap yang patut dicontoh.

Andai saja semua pemimpin bangsa kita dapat bersikap seperti itu, alangkah indahnya kehidupan di bangsa kita ini...

Saya sangat berharap, demokrasi di Indonesia dapat mengalami perubahan. Dan untuk mencapai perubahan, kita membutuhkan anak tangga pertama. Kita tidak pantas menunjuk siapa anak tangga pertama itu. Tapi arahkan jari telunjukmu pada dirimu sendiri. Ya, sebuah perubahan berasal dari diri kita sendiri.


Kita tunggu saja, apa gebrakan yang akan dibuat oleh para generasi muda calon pemimpin masa depan negeri kita ini...

Rabu, 11 Februari 2009

ini buat sahabat-sahabatku

Setia

selalu ada

membantu

curahan hati

mengerti

pelukan hangat

menghapus air mata

senyum

tangis

canda

tawa

bahagia

sangat berarti

sangat berharga

tanpa syarat

itulah kata-kata yang melekat pada sebuah kata

SAHABAT

untukku....

Ida, Yayi, Sanuri, Bima, Yuda, Aini, Alnia, Hany, Kevin, dan Eri

aku berharap mereka adalah sahabat bagiku di dunia dan di akhirat kelak...