Jumat, 09 Oktober 2009

satu album hidup di masa remajaku.....

Surakarta, Juni 2009

Untuk lelaki yang sangat aku sayangi, BSR

Bismillahirahmanirahim.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Aku nggak tau harus mulai ini dari mana. Aku cuma ingin kamu mengetahui apa isi hatiku. Aku hanya ingin kamu mengetahui perasaanku padamu.
Semenjak awal kelas sepuluh dulu, aku nggak pernah menyangka bahwa aku akan memiliki hubungan yang sedekat ini dengan kamu. Waktu aku liat kamu, aku hanya melihat kamu sebagai anak cowok yang pendiem, rajin, dan pinter. Aku nggak pernah tau apa yang akan terjadi selanjutnya saat itu. Dan aku pun tak menyangka kita bisa sedekat ini sekarang.
Kehidupan selalu berlanjut. Saat Ms. K kasih tugas drama, kita sekelompok kan? Can you remember it? Dan aku masih ingat, ARC dan NAFN sengaja menjodohkan kita dalam drama itu. Aku jadi Cinderella dan kamu jadi Prince Adam. Semenjak itu, kita sering latihan drama bareng. Ada adegan kamu harus memegang tanganku. Inget nggak, aku sempet nggak mau? Tapi akhirnya, karena keseringan latihan, aku udah terbiasa dengan itu.
Semenjak itu, nggak tau kenapa, aku ngerasain hal yang aneh di dalam hatiku. Mungkin itu yang bisa dibilang, aku mulai suka sama kamu. Aku makin nggak ngerti sama perasaan ini. Aku pernah berjanji pada diriku sendiri untuk tak lagi memikirkan yang namanya cowok. Tapi saat perasaan itu hadir, aku nggak bisa mencegahnya. Aku nggak bisa menghindari perasaan ini. Saat itu, aku tak pernah berharap kamu juga membalas perasaanku. Tapi harapan itu mulai tumbuh saat tanpa sengaja aku melihat kamu sedang melihat aku. Aku nggak ngerti dengan arti tatapan mata itu. Tapi aku dapat merasakan ada keanehan dan ada yang berbeda dari tatapan itu.
Saat itu, aku memilih mengubur perasaanku ke kamu karena NAFN (satu-satunya orang yang tau perasaanku ini saat itu) bilang kalo mungkin kamu masih menyukai mantan kamu, NV. Saat itu, aku nggak bisa menggambarkan perasaanku. Akhirnya aku memutuskan untuk menganggap kamu sebagai temanku, sama seperti yang lain. Tapi bukan ketenanganku yang dulu sempat hilang yang datang. Bukan perasaan sayang sebagai teman yang ada. Tapi perasaan itu malah semakin memenuhi hatiku. Aku semakin sayang sama kamu.
Setelah AEP tau ini semua, dia berusaha comblangin aku sama kamu. Inget nggak waktu kita mau ke gramed sama AEP, PS dan NAFN? AEP sengaja nyuruh aku buat gonceng kamu. Sebenarnya aku nggak mau. Tapi dia maksa. Waktu itu aku bingung harus buat alesan apa sama kamu. Percaya apa nggak, itu pertama kalinya aku digoncengin sama cowok yang bukan siapa-siapaku.
Sampai akhirnya tanggal 18 Desember 2007 jam 18.55.16, kamu mengatakan hal yang selama ini aku harapkan. Kamu bilang, “Boleh nggak, aku sayang kamu?” Kamu tau perasaanku saat itu? Saking bahagianya, aku sampai nggak bisa melukiskannya. Yang pasti, aku bahagiaaa… banget. Masa itu adalah saat terindah yang pernah aku alami selama masa remajaku. Kejadian itu nggak akan pernah aku lupain selamanya. Walaupun kelak Allah akan mengambil ingatan ini. Karena ini adalah bagian dari sejarah hidupku.
Hari-hari setelah kejadian itu, kita lewati dengan penuh kebahagiaan. Penuh dengan senyum. Penuh dengan tawa. Kebahagiaan meliputi hati kita. Aku masih ingat betul rasanya seperti apa. Aku juga masih ingat dengan senyummu sehari setelah hari itu. Senyum yang tulus. Senyum yang penuh kebahagiaan. Senyum yang penuh dengan kasih sayang. Yang aku rasakan saat itu adalah Allah telah mengirimkan seseorang yang benar-benar mencintai aku dengan tulus dan seseorang yang benar-benar mengerti aku. Saat itu aku hanya berharap, kamu adalah cowok pertama dan terakhir yang pernah mengisi sebagian kecil dari hatiku ini. Aku juga berjanji pada diriku sendiri bahwa apapun yang terjadi, aku akan tetap menjadikanmu satu-satunya cowok yang mengisi bagian hatiku yang masih kosong ini selama masa remajaku.
Tapi belum ada sepuluh hari kita rasakan itu semua, kamu merubah segala senyum, tawa dan bahagia itu menjadi kesedihan untukku. Kamu memutuskan untuk menjadikan hubungan kita ini hanya sebatas sahabat. Saat itu aku hanya dapat menerima semuanya dengan lapang dada. Karena cinta kita memang hanya untuk Allah. Aku sedih. Aku nggak tau harus mengatakannya bagaimana. Aku harus mengalami kejadian yang menyakitkan hati ini untuk kesekian kalinya.
Semenjak itu, aku selalu bertanya, apakah kamu masih sayang aku? Ini salah satu kebodohanku. Yaitu, saat kamu memutuskan kita hanya bersahabat, aku lupa tanya sama kamu tentang hal itu. Sampai akhirnya, tiap hari aku selalu memikirkan itu. Apalagi ditambah dengan sikap kamu yang mulai berubah. Padahal kamu dulu janji nggak akan berubah.
Semenjak saat itu, hubungan kita mulai merenggang. Aku sms, kamu nggak pernah bales. Aku ngomong, kamu nggak pernah peduliin aku. Aku selalu berusaha untuk tetap bersikap biasa. Aku ingin menganggap kamu benar-benar sebagai sahabatku.
Meskipun begitu, masih ada aja kejadian yang membuat aku bahagia. Sedih. Inget nggak waktu kita mau ke Sangiran buat ngerayain ulang tahunmu? Aku sempet nggak mau ikut karena aku nggak bisa bawa motor sendiri dan kamu juga nggak mau goncengin aku. Saat itu hatiku sakit banget. Sampai-sampai aku rela sore-sore ke rumah NAFN buat curhat. Di rumah NAFN, aku nggak bisa nahan diri buat nangis. Sampai akhirnya kamu mau goncengin aku, walaupun sepertinya kamu nggak ikhlas.
Kehidupan terus berlanjut. Inget nggak waktu dulu pradana, kusuma harus ngungsi ke balai desa? Terus inget nggak waktu kita ketemu di pendapa? Saat itu kamu bertanya apa barangku banyak. Sampai akhirnya waktu hampir semua kusuma udah ke balai desa itu, aku cuma diem di pendapa. Aku nunggu kamu. Aku berharap kamu bakal bantu aku buat bawain barangku. Aku masih nunggu kamu. Sampai akhirnya aku memutuskan untuk membawanya sendirian ke balai desa. SENDIRIAN. Waktu jalan ke balai desa, aku liat, NAFN dibantu sama SEP dan ARC dibantu sama YVA. Aku cuma tersenyum kecut. Hanya mengelus dada. Sabar. Aku bisa sendiri. Sepanjang jalan ke balai desa, aku masih berharap kalo kamu bakal dateng dan bantu aku. Sempet berapa kali Mbak A nawarin diri buat bawain barangku. Tapi aku nolak. Aku masih berharap kamu bakal dateng. Tapi akhirnya aku sampai di balai desa dengan usahaku sendiri. Di sana, aku sedikit kecewa. Aku liat kamu malah udah ngobrol sama temen-temen kusuma lain. Mungkin kamu menilai ini nggak penting atau aku childish. Tapi ini berarti banget buat aku.
Kejadian berikutnya saat kita ngomong berdua di kelas X-xxx dulu. Saat itu sebenernya aku bener-bener pengen nangis. Nggak tau mau nangis apa. Yang pasti dari forum itu, aku jadi tau kalo kamu menjauh dari aku karena kamu nggak mau aku mikirin kamu. Akhirnya saat itu aku lega. Aku bisa tersenyum dengan ikhlas lagi. Tapi satu lagi kebodohanku. Aku nggak tanya sama kamu mengenai perasaanmu sama aku. Apakah masih seperti dulu?
Terus inget nggak waktu aku marah sama temen-temen, terus kalian dateng ke rumahku, terus teriak-teriak kayak orang gila? Itu bener-bener memalukan! Tapi dengan cara itu, aku bisa baikan sama kalian. Bukan itu yang mau aku bahas. Aku bener-bener masih inget, saat itu kamu bilang, “Kalo aku kehilangan kamu, aku seperti kehilangan salah satu dari anggota tubuhku.” Buatku kata-kata itu bener-bener berarti.
Waktu awal kelas XI, kamu mulai sibuk dengan segala aktivitasmu. Terutama PMR dan Pramuka. Juga Rois. Saat itu, kamu mulai kembali menjauh dari aku. Kamu udah nggak pernah punya waktu buat aku. Tiap aku mau curhat sama kamu, aku pasti langsung mikir, BSR lagi sibuk nggak ya? Dia lagi capek nggak ya? Pertanyaan itu mewarnai tiap masalahku. Aku hanya bisa terdiam melihat kesibukanmu. Tapi tak hanya diam, kelenjar air mataku selalu bekerja saat itu.
Aku menyadari bahwa aku bener-bener nggak mau kehilangan kamu, saat aku tau kalo AEP juga mencintai kamu. Aku bener-bener merasa dikhianati sahabat sendiri. Seseorang yang aku percaya malah juga mencintai kamu. Aku sedikit kecewa. Sempat beberapa waktu aku nggak peduli sama dia, intinya aku marah sama dia. Tapi setelah aku pikir lagi, aku nggak pantas marah sama temen sendiri hanya karena seorang cowok.
Saat aku butuh seseorang untuk mencurahkan isi hati dan kamu nggak ada, datanglah EC. Dia yang bantu aku menyelesaikan masalahku. Ada masalah, aku langsung cerita sama dia. Saat bersamanya, aku merasakan ketenangan. Awalnya aku tak menyangka aku akan menyukainya. Tapi karena suatu hal, aku menyadari bahwa itu hanya perasaan sesaat. Bahkan aku ilfil sama dia.
Aku menyadari bahwa aku akan salah besar jika aku menyukai cowok lain. Kenapa? Karena aku merasa udah mendapatkan semua criteria imam yang baik yang aku cari. Dan dia adalah kamu. Apa yang aku cari udah ada di kamu semuanya. Dan walaupun kamu nggak pernah bilang sama aku, aku bisa ngerasain kamu masih menyayangi aku. itulah yang aku pikirkan saat itu.
Tapi kekecewaan itu kembali mewarnai hatiku. Inget nggak, aku sakit waktu semesteran? Badanku bener-bener panas. Kepalaku pusing. Jalanpun aku nggak kuat. Aku minta tolong kamu buat anter aku pulang. Kekecewaan itu hadir saat aku belum selesai ngomong kamu udah ninggalin aku. Dan ternyata kamu nggak mau anter pulang. Kamu malah rapat pengurus harian. Aku kecewa, B. Kamu tau, saat itu aku hampir pingsan. Coba aja aku pingsan saat itu juga! Kamu bener-bener nggak peduli sama aku. Padahal aku cuma minta tolong dianter pulang. Kalo kamu nggak mau, karena aku ini akhwat, kenapa kamu dulu juga goncengin AH waktu Pemantapan PKS?? Dia juga akhwat kan?? Kalo kamu nggak mau anter aku, it’s okay! Tapi kenapa kamu juga goncengin AH?? Goncengin AH aja mau, masa’ anterin aku nggak mau. Setidaknya kamu anter aku sebagai sahabat kamu! Goncengin AH yang sehat wal afiat dan bukan siapa-siapa aja kamu mau! Kenapa anter aku yang sakit, hampir pingsan pula nggak mau?!! Aku bener-bener kecewa. Saat itu aku hanya duduk di kursi deket IA 3. Di situ aku nangis. Bener-bener nangis. Untung saat itu ada MAYF yang dengan suka rela anter aku pulang. Aku udah nggak kuat jalan. Di jalan pulang, aku nangis, Bim. DI TENGAH JALAN. Kamu nggak pernah tau kan??
Karena kejadian itu, aku mulai beranggapan kamu udah bener-bener nggak peduli sama aku. Kamu udah nggak sayang sama aku lagi. Inget nggak, pertama kalinya aku marah sama kamu? Sampai ketemu kamu pun aku nggak sudi?!! Ingat kan? Itu semua karena ini!! Silahkan kamu menganggap aku childish. Tapi itu semua berarti banget buat aku.
Dan akhirnya aku maafin kamu. Dengan alasan, aku nggak mau marah sama kamu lagi. Aku pernah janji sama diriku sendiri, aku nggak akan marah sama kamu. Walaupun kamu bener-bener ngelakuin hal yang bikin aku marah. Tapi kejadian itu udah bener-bener bikin aku kecewa.
Dan ada sedikit kejadian yang buat aku pengen marah di bulan Januari lalu. Aku nggak bisa nyebutinnya. Aku bener-bener kecewa sama kamu. Aku bener-bener kecewa sama semua orang. Dan saat itulah, yang masih setia menemani aku hanyalah MAYF, WI dan YLPP.
Semenjak MAYF anter aku pulang saat itu, aku jadi semakin deket sama dia walaupun sebelumnya emang udah deket. Aku ngerasain lagi apa yang aku rasain sama EC. Saat itu aku bener-bener pengen mempertahankan kamu di hatiku. Aku kembali mengingat kenangan-kenangan kita. Tapi saat itu rasanya susah banget. Karena kamu tau, hati ini sudah penuh dengan kekecewaanku padamu. Kepercayaanku padamu mulai luntur. Kepercayaanku kalo kamu masih menyayangi aku mulai memudar. Aku nggak bisa mempertahankan kamu di hatiku. Hatiku sudah cukup sakit dengan ini semua.
Dan kamu tau, aku sedang ada dalam posisi yang bener-bener nggak enak. Aku dalam dilemma besar. Antara mempertahankan kamu atau melepaskanmu. Kalo aku mempertahankan hati ini untuk kamu, aku akan selalu sakit hati seperti ini. Tapi kalo aku melepaskan kamu, aku nggak yakin bisa mencari seseorang yang sama seperti kamu.
Tapi saat itu, MAYF meyakinkan aku bahwa aku bisa mencari orang lain untuk mengisi hatiku ini. Dan perlahan, entah apa ini, aku merasakan kenyamanan saat bersamanya. Dia selalu ada untukku. Dia yang selalu setia menemani aku. Dia yang bisa buat aku senyum lagi. Aku nggak mau kehilangan dia. Aku nggak mau dia jauh dari aku. Dia yang obati luka di hatiku. Dia yang Bantu aku menghapus semua perasaanku padamu. Aku sadar, aku mulai sayang dia.
Maafkan aku, B. Aku nggak bisa mempertahankan perasaan ini. Aku udah berusaha buat mempertahankan perasaanku ke kamu. Ini semua karena aku nggak tau perasaan kamu ke aku kayak gimana. Masih seperti dulu kah? Aku sama sekali nggak pernah tau. Kamu tau gimana ini semua bisa terjadi?? Ini karena kamu emang nggak pernah mau tau dengan perasaanku! Kamu nggak pernah mau tau rasanya nggak jelas kayak gini. Perasaan yang bener-bener nggak bisa dilukiskan. Aku bener-bener nggak bisa baca hati kamu. Aku bener-bener nggak tau gimana perasaan kamu ke aku. Aku bener-bener nggak tau.
Aku cuma ingin bilang, kalo nantinya kamu mencintai gadis lain, pertahankan dia. Ungkapkan isi hatimu padanya. Jangan sampai dia nggak tau perasaanmu. Karena kamu nggak pernah tau apakah dia juga mencintaimu. Karena mungkin aja dia selalu nunggu kamu bilang perasaanmu ke dia. Kamu nggak akan pernah tau apa yang dia rasa kalo kamu nggak pernah bilang. Adalah untuknya. Beri dia perhatian. Karena seorang perempuan membutuhkan perhatian. Mengertilah dia. karena seorang perempuan ingin dimengerti, apalagi orang yang mengerti dia adalah orang yang ia cintai. Ingat satu hal, B. Seorang perempuan jika mencintai seseorang, dia akan terus mempertahankan lelaki yang ia cintai itu. Apapun cacat lelaki itu. Ia akan menerimanya dengan sepenuh hati. Itulah karakter perempuan Jawa. Nrimo. Walaupun ia disakiti berulang kali, ia akan tetap bertahan dan hanya memendamnya dalam hati. walaupun dia bisa hidup dengan lelaki lain, dia tidak akan bahagia. Karena hatinya hanya untuk lelaki yang ia cintai.
Aku tak ingin gadis itu merasakan apa yang aku rasakan dulu. Karena rasanya sungguh menyakitkan. Aku tak ingin ada gadis lain yang juga merasakan hal yang meyakitkan itu. Aku juga tak ingin hal yang seperti ini terjadi lagi dalam hidupmu.
Aku berjanji, aku tak akan pernah melupakan kisah kita. Karena ini adalah bagian dari album masa remajaku. Bagian dari sejarah hidupku yang singkat. Kamu telah mewarnai sebuah album dalam hidupku dengan bermacam-macam warna. Karena bagiku hidup itu seperti album foto. Saat sebuah album telah sampai di halaman terakhir, maka berakhir pulalah kisah di dalamnya. Dan kala album itu telah tertutup rapat, maka akan terbuka lagi sebuah album lain yang siap diisi dengan foto-foto kehidupan yang baru. Dan diakhir waktu nanti, semua album yang telah tertoreh dengan warna-warni kehidupan, akan terbuka kembali. Untuk mengenang semuanya.
Dan saat itulah, aku akan tersenyum melihat kisah ini. Melihat foto-foto kehidupan yang penuh warna. Dan tangispun juga akan mewarnai saat aku membuka kembali album ini. Bukan tangis kesedihan. Bukan tangis kekecewaan. Tapi tangis kebahagaiaan. saat itulah aku akan bersyukur dengan apapun yang terjadi pada kisah kecil kita yang indah ini. Dan mungkin aku akan membukanya bersama seseorang yang akan selalu setia menemaniku. Seseorang yang akan selalu mencintaiku. Seseorang yang juga akan ku cintai. Dan kita tak pernah tau apa yang akan terjadi. Mungkin aja, orang itu adalah kamu. Wallahu’alam.
Aku yakin, di depan sana telah banyak album yang menungguku untuk mewarnainya dengan warna-warni foto kehidupan yang indah. Aku juga yakin, album-album kehidupanmu juga menunggumu di depan sana. Warnailah album itu dengan keikhlasan dan kebahagiaan.
Ingat satu hal, Allah telah mengatur semua ini dengan rapi. Dan jika Allah memang menyatukan, menjodohkan dan membiarkan kita untuk hidup bersama, aku yakin, kita akan bertemu di tempat yang semestinya. Tempat yang dalam teori sosiologi, 1 + 1 = keluarga. Tempat untuk membina sebuah keluarga bahagia. Tempat yang akan mewarnai album dengan rona kebahagiaan. Tempat untuk beribadah bersama pada Allah. Dan saat itulah, akan terbuka kembali sebuah album yang aku simpan di hatiku. Tapi itu jika Allah meridhoinya.
Aku hanya ingin kamu tau, aku akan selalu menyayangi kamu. Aku nggak mau kamu pergi dari hidupku. Aku mau kamu selalu menemaniku di setiap waktuku sebagai sahabat sejatiku. Sahabat yang akan ku bawa dalam hatiku sampai tubuhku ini menyentuh tanah pemakaman. Aku nggak mau kehilangan kamu. Dan jika ditanya seberapa sayangku sama kamu, aku akan menjawab, aku sayang kamu Cuma seujung kuku. Karena jika kuku itu dipotong dan terus dipotong, maka ia juga akan tumbuh dan terus tumbuh sampai ajal menjemput.
Maafkan aku jika ada kata-kata yang kurang berkenan. Untuk menulis surat ini, aku butuh perenungan yang bener-bener lama. Karena dengan menulis surat ini, sama aja aku mulai melepaskan kamu. Dan sumpah! Ini aku bener-bener serius! Melepaskan kamu bener-bener susah. Susah banget. Untuk mengirim surat ini buat kamu pun sungguh sulit. Karena saat surat ini telah ada di genggamanmu, maka aku akan bener-bener kehilangan orang yang aku cintai. Kadang aku masih belum rela dengan ini, tapi jika aku terus bertahan, aku yang akan semakin sakit. SAKIT. Melepasmu bener-bener menyakitkan. Karena aku harus melepaskan orang yang bener-bener aku cintai. Orang yang bener-bener seorang calon imam yang sempurna yang aku cari selama ini. Orang yang selalu aku harapkan menjadi satu-satunya yang mengisi bagian kecil hati ini untuk selamanya. Lelaki yang sangat aku cintai dengan sepenuh hatiku. Satu-satunya lelaki yang bisa membuat aku mengalah. Lelaki yang bisa buat aku menahan setiap emosiku. Lelaki yang membuat aku dapat merasakan cinta yang penuh warna.
Kekuatan cinta yang membuat aku bertahan selama setahun lebih untuk tetap menjaga cinta ini. Kamu nggak pernah ngerasain yang aku rasain. Bertahan dengan cinta yang tak jelas akan dibawa kemana. Bertahan dengan ketidakjelasan selama setahun lebih. Dan kamu tau, untuk menghibur diri sendiri saat aku bersedih adaah menulis cerpen. Dan kamu tau apa yang aku tulis? Beberapa cerita yang berisi harapanku padamu.

Aku sayang kamu, BSR
Aku mencintaimu... selamanya...
Jazakumullah khoiran katsira…
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh…

Dengan buliran air mata,


AMS

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silakan berkomentar, :)